Matahari pagi memancarkan cahayanya yang hangat yang menerobos masuk kearah kamar Cindai. Sementara sang pemilik kamar masih tertidur pulas dibawah selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Mama yang sigap masuk tanpa harus mengetuk terdahulu. Pintu kamar Cindai memang sengaja tak dikunci. Khawatir jika hal-hal yang tidak di inginkan tengah malam, tanpa harus mendobrak pintunya terlebih dahulu.
“Pagi sayang, minum obat dulu yuk ..” ucap Mama memegang dahi Cindai yang masih panas.
Cindai sontak kaget melihat Mama yang telah duduk di pinggir tempat tidurnya dimana dia berbaring.
“Ma, aku mau sekolah .. Aku bosan dirumah terus ..” rengek Cindai lemah.
Mama yang memperhatikan wajah putri tercintanya manyun dan sedikit pucat masih sediki tbingung meng-iya-kan keinginan putrinya. Namun, mencoba atau untuk sekedar menyenangkan hati putrinya “iya sayang, besok kamu udah boleh sekolah lagi kok. Hari ini kamu masih harus istirahat dulu ..”
Cindai yang masih ragu dengan jawaban Mama, hanya bisa pasrah dan berharap dirinya untuk segera sembuh. Berada seharian dirumah, membuat dirinya bosan tak tentu arah. Ah, jawaban Mama pasti hanya untuk membuatku senang. Batinnya.
“Mama gak kerja ?” jawabnya dengan suara sedikit parau dan tergulai lemas di atas kasur.
“Nggak sayang, hari ini Mama bakalan jagain kamu. Maafin Mama yah kalo belakangan iniMama terlalu sibuk sampai mengabaikanmu sama kak Rio,” ujar Mama memelukCindai.
Cindai merasa terharu mendengar jawaban Mama-nya barusan. Tak sadar sebuah air telah membanjiri pipi chubby-nya itu. Ia pun langsung membalas pelukan sang Mama dengan eratnya. “Makasih yah, Ma. Cindai sayang banget sama Mama”
“Mama juga sayang banget sama kamu, nak !” balas mama sambil tersenyum. Menghapus air mata anaknya.
**
Sendiri... Begitu yang di rasakan Cindai selepas kepergian Mama tercinta dari kamarnya. Pikirannya mulai menerawang kesana-kemari. Keadaan sekolah. Berceloteh ria bersama sahabat-sahabatnya. Betapa rindunya dengan suasana sekolah.
Secara perlahan, Cindai bangun. Tidak tahu kenapa ia merasa membutuhkan udara segar. Ia memutuskan menuju balkon kamarnya.
Waktu menunjukkan kurang lebih pukul setengah delapan pagi. Masih terdengan kicauan burung-burung yang menari di atas sana. Sesekali terlihat beberapa anakkecil di jalanan yang berlarian tergesa-gesa menuju sekolah. Cindai mendesah pelan, menatapi halaman samping yang adalah pemandangan yang bisa didapatnya dari balkon kamarnya. Berada di balkon kamarnya mungkin membuat hatinya merasa sedikit tenang.
“ah. Gue suntuk dirumah. Gue bosan. Gue kangen sekolah, kangen teman-teman, kangen Bagas!” batinnya.
Seketika ia terdiam menyebut nama Bagas. Yah! Bagas. Sudah tiga hari Cindai tergulai lemas di tempat tidur, tapi tak sedikit pun sesosok tampang ganteng Bagas muncul dirumahnya. Kemana Bagas ? Entahlah.
Kesal dan penuh amarah telah merangkap otak gadis manis itu. Pikirannya sudah menerawang kesana kemari memikirkan segala hal negative yang tiba-tiba muncul dipikirannya itu. Ah. Menyebalkan sekali ! batinnya yang terus berteriak sambil sesekali memukul kepalanya yang tak bersalah apa apa. Orang yang sudah 3 tahun menemani hari-harinya, tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Cepat sembuh, yah? Cindai mencoba mengingat kembali kata terakhir yang di sampaikan Bagas kepadanya beberapa hari yang lalu. Perasaan campur aduk yang membuatnya semakin kesal.
Hanya itu ?Apakah dia tidak begitu khawatir sama keadaanku ? Pertanyaan yang masih menyelimuti otaknya. Dan tanpa sadar sedikit demi sedikit butiran air siap membanjiri wajah manisnya. Lagi. Ah. Desahnya sambil melemparkan tubuhnya.
Cindai merasa ponselnya bergetar. Dengan perasaan senang dan sigap ia segera meraib ponsel berwarna biru yang ada di atas tempat tidur, berharap seseorang yang menghubunginya itu adalah Bagas. Namun, mukanya kembali terlihat muram saat membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Ternyata Marsha sahabat karibnya dan teman sebangkunya.
Seperti burung yang kehilangan induknya, Marsha tak pernah sedetik pun melewatkan waktu istirahatnya walau sekedar ngobrol atau bercanda bersama Cindai. Begitulah ketika Cindai tidak masuk sekolah. Jika ada waktu luang, ia selalu menanyakan keadaan sahabatnya itu.
**
Saatnya tiba pulang sekolah, Marsha memutuskan untuk kerumah Cindai. Untuk menemani Cindai dan membantu Cindai mencatat semua pelajaran yang ketinggalan selama ia tak masuk sekolah. Jarak antara sekolah dan rumah Cindai terbilang cukup jauh. Sekitar setengah jam Marsha sampai di rumah Cindai.
Marsha segera mengetuk pintu rumah tersebut yang terbilang mewah di banding rumahnya. Andaikan rumahku seperti ini, pasti Chelsea dan dayang-dayangnya itu tak perlu menghinaku. Pikirnya dalam hati.
Seorang wanita paruh baya terlihat telah membuka pintu. Marsha terlihat masih sedikit melamun. Ia memang sedikit minder apabila bertamu kerumah teman temannya.
"Kenapa melamun, nak ? Ayo silahkan masuk. Langsung naik aja ke kamar Cindai. Sepertinya Cindai sudah menanti kehadiranmu" ucap wanita paruh baya itu dengan ramah,yang tak lain adalah Mamanya Cindai.
"Iya tante, terima kasih. Saya permisi ke atas dulu," ucap Marsha tersenyum dan menunduk, kemudian meninggalkan Rini yang masih berada di depan pintu.
Marsha melangkahkan kakinya dengan perlahan. Marsha takut kalau Cindai sedang tidur. Marsha tak ingin membangunkan sahabatnya itu. Ketika sedang melangkah,tiba-tiba saja ada bayangan lewat sekelebat dengan sangat cepat. Ia begitu terkejut. Spontan berteriak tanpa sadar membuat Rini yang masih berada tak jauh dari sana untuk segera bergegas mencari asal suara tersebut.
"Ada apa nak Marsha ?" teriaknya dari bawah.
"Gak ada apa apa kok tante. Maafin saya. Tadi saya gak sengaja melihat tikus." ucapMarsha gugup seperti menyembunyikan sesuatu.
Cindai yang mendengar suara teriakan Marsha langsung membuka pintu kamarnya dan keluar. Dia melihat sahabatnya itu ketakutan dan langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
"Marshaaaaaaaaaaa.. Gue kangen lo, " ucap Cindai yang terlihat masih terlihat lemas dan pucat masih memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat.
"Gue juga kangen sama lo Cin,! Eh masuk ke kamar lo aja yuk. Muka lo masih pucat gitu. Ntar lama lama disini lo pingsan lagi, gue gak kuat angketin lo," ajak Marsha dengan gugup,mencoba untuk tersenyum.
Lalu, mereka berdua masuk ke kamar. Melepas kangen seperti seorang sahabat yang tak bertemu bertahun-tahun yang tiba tiba datang kembali tanpa memberi kabar. Haha.
*
“Sha, gimana keadaan sekolah hari ini ?” tanya Cindai.
“biasalah,Ndai. Anak anak pada kepo tanyain lo kapan masuk,” jawab Marsha singkat. Ia tengah sibuk memilih novel novel bergenre romantic di tumpukan-tumpukan seper-sekian tumpukan buku buku yang berada di lemari putih mungil yang terletak di pojok kamar Cindai.
“B-b-b-bagas? Lo ketemu dia gak ?” ujar Cindai terbata bata dan menunduk berusaha menahan air matanya tak jatuh lagi hari ini.
Marsha yang dari tadi sibuk dengan kebiasaannya itu seketika terdiam mendengar jawaban Cindai. Ia lalu menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat. Berusaha menguatkan sahabatnya seolah tak terjadi apa apa.
“Jangan negative thinking dulu, dear ! Selama lo sama dia gak ada masalah apa-apa, gue yakin semuanya akan kembali normal. Mungkin dia lagi sibuk latihan basket. Lo taukan kalo tim basket sekolah lagi persiapan untuk Basket Competition bulan depan,”ujar Marsha sambil menatap penuh sahabatnya itu.
Cindai masiht erlihat mayun, mencoba menguatkan hatinya dengan apa perkataan sahabatnya barusan. Semua akan baik baik saja. Kini ia mulai bisa sedikit tersenyum.
***
Keesokan harinya ..
Bel istirahatpun berbunyi. Semua siswa berhamburan ke kelas. Tak terkecuali Cindai. Sehari ini dia masih belum bertemu dengan Bagas. Dia masih terus melamun. Memikirkan Bagas dimana.
“Bagas kemanasih ? Gue bbm gak di read. Sms gak dibales. Telpon gak dibales. Jangan jangan dia nanti bilangnya "akuuuu gak punya pulsaaaa .. Kaya iklan aja ..” UcapCindai sendiri dengan jengkel.
“Woii,melamun aja lo dari tadi .. Gak ke kantin ?” ucap Marsha. Namun pertanyaannya tak di respon Cindai. Dia masih terus melamun.
“Ndai, lo gakapa-apakan ? Dari pagi melamun terus. Masih sakit yah ?” ujar Marsha khawatir.
Cindai hanya menggeleng. “Angel mana ? Tumben gak kesini ?” ujarnya lemah.
“Hari ini dia gak masuk. Ada pemotretan gitu deh. Lo taukan dia model, jadi sibuk pemotretan sana-sini,”
“Oh, trus lo gak ke kantin, Sha ?”
“Enggak,Ndai. Gue masih belum selesaikan project mading gue. Masih belum dapat ide ini buat tema mading minggu depan,” ujar Marsha yang masih saja sibuk mengutak-atik Ipad kesayangannya itu. “Bagas kemana, Ndai ? Gue gak liat dia seharian ini,”sambungnya.
“Tau ah,”ujar Cindai jutek.
Marsha menghentikan kegiatannya dan menatap Cindai tajam. “Lo berdua gak lagi ada masalah, kan ?”
“Kenapa lo liat gue kayak gitu ? Enggak. Gue gak ada masalah apa-apa kok sama dia.” ujar Cindai dan langsung memasang headset di telinganya.
Marsha mengehela nafas. “Terserah lo deh ..”
*
Sementara dikelas X5 ,
“Hoi! Haloooooooooooooooo .. !
Bagas terkesiap seperti baru sadar dari mimpi. Di depannya, Rafli sedang melambai-lambaikan tangan.
“Eh. Oh. Ada apa ?”
“Siang-siang sudah melamun, pasti mikirin Cindai,” goda Rafli yang tengah sibuk dengan ponsel blackberry-nya itu.
“Yah.. kurang lebih,” kata Bagas apa adanya.
“Mikirin cewek aja lo berdua, latihan woy, latihan ..” ujar Difa mengagetkan mereka.
“Iya, gue juga tau kali. Gak usah mengingatkan lo, kaya lo gak aja.” ujar Rafli jengkel.
*Brakkkk* Seperti ada yang membuka pintu. Chelsea dan dayang-dayangnya. Yang masuk seenaknya tanpa permisi. Kelas lagi dalam keadaan kosong. Semua siswa/i tengah sibuk melakukan kegiatannya masing-masing. Terlihat hanya beberapa orang saja yang memilih menghabiskan waktunya di dalam ruangan.
“Hai, Bagas,hari ini lo latihan kan ? Hari ini kita latihan bareng loh ..” ujar Chelsea menghampiri Bagas. Dengan gaya sok ke-artis-annya itu memamerkan baju yang sedang di pakainya.
“Lo lagi, Lo lagi. Sehari lo gak ganggu kehidupan Bagas gak bisa yah ?” ujar Rafli spontan.
“Apaan sih lo, Raf ? Cemburu yah ? Makanya ganteng dikit dong biar banyak yang naksir..”ucap Chelsea PD.
“Centil banget sih lo ..” jawab Rafli sedikit kasar.
“Basi lo,!” Jawab Chelsea jutek. Pandangannya kembali kepada pangeran pujaan hatinya “oya, Gas. Gimana penampilan gue hari ini ? Oke gak ? Ini kostum cheers baru kita loh .. Menurut lo gue cocok gak pake kostum ini ?”
Bagas hanya mengerutkan dahinya. “Gue pikir tadi kuntilanak siapa gitu yang deketin kita ..”Ujarnya dengan posisi bangun dari tempat duduknya dan siap untuk meninggalkan tempat yang sejenak menjadi seperti berada di tengah harimau yang siap menerkam dirinya.
“Yukk, bro’,cabut dari sini ! Stres gue lama-lama disini ..”
“Ih, Bagas lo kok gitu sih sama gue ? Gue dandan cantik gini demi lo tau !”
“Gak ada yang nyuruh lo dandan buat gue kan ..” teriak Bagas dari balik pintu. Diikuti dengan tertawa Difa & Rafli.
Chelsea terlihat jengkel mendengar ucapan Bagas barusan. Menghentak-hentakan kakinya ke lantai keramik. Bagas sungguh menyebalkan, cibirnya penuh kekesalan. Terlihat semua yang berada disana hanya bisa menahan tawanya.
“Duh, Chels. Kasian banget sih lo. Usaha sampe terjun dari monas juga Bagas gak bakalan suka sama lo. Sini sama gue. Gue masih jomblo kok.” Terdengar suara seorang murid yangdi ikuti riuh tawa para murid yang mulai ramai.
“Lo berdua bukannya belain gue malah ikutan tertawain gue, sebentar pulang sendiri. Gak ada nebeng sama gue” bentak Chelsea kemudian pergi meninggalkan dayang-dayangnya yang masih terlihat linglung memandang satu sama lain. Kemudian berlari mengejar sang tuan putri.
*
Lapangan basket masih terlihat sepi. Sesekali hanya ada beberapa anggota team yang mengoper-oper bola seperti sedang melakukan pemanasan.
“Gila yah tuh cewek, gak tobat apa gangguin lo terus, Gas ?” ujar Rafli sambil memperbaikitali sepatunya. Bagas hanya mengangkat bahunya. Lebih baik tak merespon dari pada harus mencari suatu kesalahan baru.
“Lagian tuh cewek kok centil banget sih, kayak gak ada tobat-tobatnya. Sekali-kali kita kerjain boleh tuh ..” tambah Rafli bersemangat.
“Tau, ah. Terpesona kali sama kegantengan gue. Secara gue Bagas Rahman Dwi Saputra seorang cowok paling kece di antara para cowok kelas sepuluh. Sapa sih yang gak naksir dan cinta sama gue !” ujar Bagas spontan dengan penuh percaya diri.
“Huh .. Ke-pede-anlo, Gas ! Mentang-mentang lo pacarnya Cindai yang jelas-jelas kakaknya ketua tim Basket. Yah, so pasti kak Rio milih lo untuk gantiin dia” seru Rafli menjitak kepala Bagas. Bagas hanya meringis kesakitan sambil memegang kepalanya dan membalas jitakan Rafli.
“Tapi, jangan gitulah. Lagian dia cewek, gak baik kita kerjain. Gue gak tega,” jawab Difa sedikit membela.
“Ciee, dibela .. Awas lo naksir lagi, kan rumit jadinya” ledek Rafli.
“Tapi bukannya lo lagi PDKT sama Angel yah ? Kok sekarang sama Chelsea sih ? Belajar playboy lo yah ?” seru Rafli, menatap Difa serius.
Wajah Difa sedikit memerah. Entah apa yang membuat jantungnya seperti berdegup kencang. Terus Angel gimana dong ? Batinnya terisak. Kini ia berada di antara dua pilihan.
“Heii, lo semua, jangan keasyikan ngobrol terus cepat latihan.” Terdengar suara Rio memanggil. Membuat mereka segera bergegas menuju ke tengah lapangan untuksegera bergabung bersama yang lain sebelum Rio mengeluarkan statement hukuman bagi yang terlambat.
*
Matahari tak terlihat lagi disana. Kini sinar rembulan dan taburan bintang yang mulaimenghiasi malam. Tepat pukul setengah tujuh malam mereka usai berlatih. Menghadapi basket competition tingkat SMA se-Jakarta membuat tim basket SMA ICIL terusberlatih. Bahkan tak jarang beberapa dari mereka dengan sengaja meninggalkan jam pelajaran.
Rio mengisyaratkan latihan hari ini telah selesai. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia meraib botol minum yang terdapat dalam tasnya sambil berdadah dadah ria sama mereka satu per satu siap kembali ke rumah masing-masing.
“Kak, gimana? Sudah tau Z itu siapa ?” ujar Rafli yang masih penasaran dengan surat misterius yang diterima Gabriel. Gabriel hanya menggeleng.
Gabriel pun masih penasaran siapa pengirim surat misterius itu yang membuat hubungannyas ama Sivia di ambang kehancuran.
“Gimana kalo kita selidiki aja ? Yah, kita cari tau siapa yang kirim surat itu ke kak Gabriel ..” ujar Difa memberi ide.
Rio menepuk pundak Difa “kecil kecil tapi ide lo cemerlang juga yah ?”
“Gue ikut ajadeh, cara apapun bakalan gue lakukan. Yang penting hubungan gue sama Sivia bisa normal lagi,” ujar Gabriel spontan. Yang lain hanya menggangguk setuju.
Sementara Cakka yang dari tadi sibuk telponan dengan Shilla, sesekali terdengar keributan dan bentakan dari seberang sana yang membuat arah pandang menuju ke satu titik. Hubunganyang di dasari dengan sifat gensi dan emosional yang setiap hari mewarnai gaya pacaran mereka.
***
Keesokkan harinya ..
Cindai tengah sibuk bercengkeramah dengan para sahabatnya. Pandangannya tak sengaja mengarah ke pintu. Seperti seseorang yang bisa membaca perasaan masing-masing, terlihat Bagas tengah berjalan bersama kedua sahabatnya mengarah ke kelasnya. Ah. Masih ingat juga ternyata. Tapi ngapain ke sini ? Belum puas bikin orang khawatir. Huh. Ia mendengus kesal dan menghentikan obrolannya dan sibuk kembali menekuni buku-buku pelajarannya.
“Halo sayang,maaf yah belakangan ini gue sibuk latihan basket,” ujar Bagas tiba-tiba telah duduk disampingnya.
“baik” jawab Cindai singkat, masih konsentrasi dengan buku yang ada didepannya.
“Kalo ada yang ngomong tuh di dengerin jangan di cuekin” celoteh Bagas, menarik paksa buku yang tepat berada di depan Cindai.
Cindai belum mau menatap Bagas “balikin buku gue” ujarnya sedikit sinis.
“Enggak. Sebelum lo tatap gue, gue gak bakalan balikin buku lo. Titik”
Cindai masih berprinsip dengan dengan ego-nya yang tak mau menatap cowok nan kece didepannya. Sialan. Bikin emosi naik saja. Cibirnya kesal dalam hati.
“Udalah,Ndai. Gak usah gengsi gitu. Bilang aja lo kangen sama gue, susah banget sih ?”ujar Bagas tersenyum menggenggam kedua tangan Cindai yang di taruh didepan dadanya.
Sreg!Jantungnya seketika berhenti. Mukanya yang terlihat penuh amarah kini berangsur-angsur pulih. Bagas dengan senyum manisnya masih terus menatapnya serius. Ia hanya bisa menunduk. Grr. Bagas memang paling tau bikin hati dag digdug kayak begini. Sialan. Ah!
Bagas dengan spontan memegang pipi gadis manis di depannya itu. Mengangkat pelan wajah yang telah menunduk. Memperhatikan dengan jelas wajah manis di depannya itu.
Cindai terlihat gugup. Serasa terbang dilangit ketujuh. Darahnya berdesir kencang. Jantungnya seperti mau copot. Bagas ngapain coba ? Tau ah.
“Mata lo ada beleknnya tuh .. Tadi pagi ke sekolah gak cuci muka dulu yah ?” bisiknya pelan kemudian tertawa lepas. Bruuk ! Cindai mencibir kesal, memukul-mukul pundak Bagas dengan tangannya. Huh. Apa apaan ini. Heh.
“Gak marah lagi donk ?” ujarnya menahan tangan Cindai yang masih terus memukul dirinya. Tidak wajib bagi dirinya mengetahui sikap kejutekan Cindai. Salah paham. Mungkin ? Mengalah sama cewek ngambekan kayak Cindai adalah jalan terbaik dibanding memperkeruh masalah menjadi rumit. Pikirnya dalam hati. Hmm.
Cindai hanya mengangguk pelan dan melemparkan senyum manisnya.
Cindai hanya mengangguk pelan dan melemparkan senyum manisnya.
“Yah, kok berhenti sih ? Kan gue belum bilang cut ?” ujar Difa mayun.
“Dasar mesum otak lo, “ ujar Cindai melempar buku yang diatas meja kearahnya. Difa meringis kesakitan.
“Duh, sosweet banget sih .. Gue mau donk kayak gitu ..” ujar Angel dengan kedua tangan memegang pipinya sendiri dengan mata cipitnya.
“Noh, sama Difa nih yang masih jomblo .. Dia ahli loh kalo soal so sweet .. so sweet-an ..lebih sweet malah dari mereka ..” tambah Rafli menunjuk ke arah Bagas &Cindai yang dari tadi hanya tersenyum melihat tingkah lucu sahabat-sahabatnyaitu.
“Sama dia ?Idih, ogah ..” Angel tersenyum remeh.
“Sapa juga yang mau sama lo ?” ujar Difa tak mau kalah. Difa pun mengarah pandangannya ke arah Marsha “mending gue sama lo yah, Sha ?”
Rafli menjewer telinga Difa “eh, enak aja lo, punya gue itu .. jangan macem-macem lo!”
Difa memegang kupingnya yang kesakitan “huh, Rafli belum jadi pacarnya Marsha aja galaknya minta ampun, apalagi udah jadi pacarnya ..”
“Ada apaansih, nih ?” jawab Marsha tiba-tiba.
“Marshaaaaaa!!!! Kambuh deh lo. Fiyuuuhhh ..” seru mereka kompak.
Marsha masih tak menyadari dengan apa yang terjadi barusan. Ia tak pernah absen untuk mencari bahan-bahan mading. Tapi, melihat keceriaan Cindai dan Bagas barusan,setidaknya dia sudah mulai mengerti bahwa semua baik-baik saja.
Bel istirahat selesai. Semuanya telah kembali ke kelasnya masing-masing. Tersisa Cindai dan Marsha yang memang sekelas. Cindai terlihat masih senyum senyum mengingat kejadian barusan. Ah. Hidup bakalan lebih indah kalau kita bisa memaknai dan mensyukurinya. Pikirnya dalam hati.
**
Saat itu sekolah terlihat sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Chelsea dan Salma sedang berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke toilet. Saat mereka sedang berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah. Ada Pak Kevin yang sedang berjalan. Pak Kevin adalah guru paling ganteng, cool dan baik di sekolah. Banyak murid cewek yang ngefans sama dia. Terutama Chelsea. Chelsea sangat centil sama pak Kevin.
"Eh, pak kevin." tegur Chelsea senyum-senyum sambil salim dengan pak Kevin.
"Jangan ganjen lo, Chel. Bagas mau lo kemanain ? " ledek Salma.
"Ssst, berisik lo !" bisik Chelsea.
"Hai, kalian. Ngapain di luar saat jam pelajaran ? mau kabur yah ?" tanya pak Kevin curiga.
"gak pak. Kita mau ke toilet. Bapak mau ikut ?" ucap Chelsea bercanda.
"Hush .. ada-ada aja kamu. Yah, udah bapak pergi dulu ya. Jangan kabur loh." ucap pak Kevin memperingati.
"Yayaya pak." balas Salma.
Lalu pak Kevin berlalu meninggalkan mereka. Chelsea dan Salma melanjutkan perjalanan mereka ke toilet. Ada seorang yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik mereka. Sangat misterius !
Lalu Saat di toliet. Salma menunggu Chelsea. Ketika Salma menunggu Chelsea. Salma melihat sesuatu. Seperti dua kalimat tulisan. Yang di tulis dengan tinta merah ..
"Apa ini ?" batin Salma.
Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.
"Tulisan apaan nih?" ucap Salma.
"Apaan, Sal ?" tanya Chelsea dari dalam toilet.
"Tau nih Chel ada tulisan aneh di meja deket wastafel.." balas Salma sedikit bingung dan tanpa rasa takut. Dia memegang tulisan itu.
Suasana yang sangat sepi. Membuat suasana menjadi seram. Hanya sesekali terdengar suara2 desiran air yang di pakai Chelsea. Tetesan air setetes demi setetes dari wastafel membuat suasana makin horor.
"Loh, kok masih basah sih." batinnya.
Salma lalu mencium tinta merah itu. Setelah Salma menciumnya. Salma shock dia mulai ketakutan. Bau.. Bau darah.. ucapnya terbata-bata. Lalu tanpa sengaja dia melihat bayangan seorang cewek yang berdiri di belakangnya yang dengan wajah tertunduk. Salma langsung berlari keluar kamar mandi. Dan meninggalkan Chelsea begitu saja...
Beberapa saat kemudian Chelsea keluar dari toilet. Suasana yang sangat sepi. Chelsea mencari-cari Salma, tetapi dia tak menemukannya. Chelsea sangat kesal. Lalu dia berteriak.
"Woyyy Salmaaaaaaaaaaa!! kok ninggalin gue sih !! awas lo yaaaa !!!" teriak Chelsea sambil marah-marah sendiri.
"Huh, awas tuh anak. Eh apa ini .. kok ada tulisan asing .. Biasanya gak ada disini kok .." ucap Chelsea penasaran.
Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.
"Siapa yang nulis kaya gini deh. Kurang kerjaan !" ucap Chelsea.
Chelsea tak mempedulikannya lalu segera pergi dari toilet dan segera menuju ke kelas. Ketika Chelsea keluar dari toilet. Ada yang memperhatikannya dari kamar mandi ....... tatapan yang dingin .........
*
"Woy dodol ! kok lo ninggalin gue sih !" bisik Chelsea pada Salma.
"Sorry, tadi gue buru2. Takut di omelin bu Winda." balas Salma menyembunyikan apa yang dia lihat.
"Eh masa gue liat sesuatu di kamar mandi tadi." ucap Chelsea
"Lo juga liat apa yang gue liat ?" tanya Salma
Penasaran ? Tunggu part selanjutnya. Thank's for reading guys :)
1 komentar:
next dong pliss
Posting Komentar