skip to main | skip to sidebar

ABOUT ME

Unknown
Lihat profil lengkapku

BLOG ARCHIVE

  • ▼ 2013 (21)
    • ► November (1)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (2)
    • ▼ Mei (6)
      • CINDAI PERFORMANCE AT IDOLA CILIK 2013
      • BAGAS PERFORMANCE AT IDOLA CILIK 2013
      • CINTA DARI VILLA MISTERI (PART 5)
      • Cinta dari Villa Misteri (Part 4)
      • Foto2 Bagas Cindai IC 4 Ter-SoSweet dan paling bik...
      • Foto-Foto Idola Cilik 2013 (5besar) Cindai Hak Bin...
    • ► April (9)
    • ► Maret (2)

WHO'S LOVING THIS PIECE

TOTAL PAGEVIEWS

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

OFFICIAL PAGE OF BAGAS CINDAI STATIC

Rabu, 22 Mei 2013

CINDAI PERFORMANCE AT IDOLA CILIK 2013



Cinta Sejati (Bunga Citra Lestari) |Pentas Idola  Cilik 2013 10 Besar



Cindai - Dealova  (Once Mekel) | Pentas Idola  Cilik 2013 15 Besar
Diposting oleh Unknown di 17.29 0 komentar

BAGAS PERFORMANCE AT IDOLA CILIK 2013

 

 Bagas - Bintang Kemenangan | Grand Final Idola Cilik 2013



Bagas feat Kak Gabhoy - Hening | Grand Final Idola Cillik 2013


Bagas - Cinta Satukan Kita (Judika) | Pentas Idola Cilik 2013 15 Besar


Diposting oleh Unknown di 17.22 0 komentar

Senin, 13 Mei 2013

CINTA DARI VILLA MISTERI (PART 5)


Matahari pagi memancarkan cahayanya yang hangat yang menerobos masuk kearah kamar Cindai. Sementara sang pemilik kamar masih tertidur pulas dibawah selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Mama yang sigap masuk tanpa harus mengetuk terdahulu. Pintu kamar Cindai memang sengaja tak dikunci. Khawatir jika hal-hal yang tidak di inginkan tengah malam, tanpa harus mendobrak pintunya terlebih dahulu.

“Pagi sayang, minum obat dulu yuk ..” ucap Mama memegang dahi Cindai yang masih panas.

Cindai sontak kaget melihat Mama yang telah duduk di pinggir tempat tidurnya dimana dia berbaring.

“Ma, aku mau sekolah .. Aku bosan dirumah terus ..” rengek Cindai lemah.

Mama yang memperhatikan wajah putri tercintanya manyun dan sedikit pucat masih sediki tbingung meng-iya-kan keinginan putrinya. Namun, mencoba atau untuk sekedar menyenangkan hati putrinya “iya sayang, besok kamu udah boleh sekolah lagi kok. Hari ini kamu masih harus istirahat dulu ..”

Cindai yang masih ragu dengan jawaban Mama, hanya bisa pasrah dan berharap dirinya untuk segera sembuh. Berada seharian dirumah, membuat dirinya bosan tak tentu arah. Ah, jawaban Mama pasti hanya untuk membuatku senang. Batinnya.

“Mama gak kerja ?” jawabnya dengan suara sedikit parau dan tergulai lemas di atas kasur.

“Nggak sayang, hari ini Mama bakalan jagain kamu. Maafin Mama yah kalo belakangan iniMama terlalu sibuk sampai mengabaikanmu sama kak Rio,” ujar Mama memelukCindai.

Cindai merasa terharu mendengar jawaban Mama-nya barusan. Tak sadar sebuah air telah membanjiri pipi chubby-nya itu. Ia pun langsung membalas pelukan sang Mama dengan eratnya. “Makasih yah, Ma. Cindai sayang banget sama Mama”

“Mama juga sayang banget sama kamu, nak !” balas mama sambil tersenyum. Menghapus air mata anaknya.

 **

Sendiri... Begitu yang di rasakan Cindai selepas kepergian Mama tercinta dari kamarnya. Pikirannya mulai menerawang kesana-kemari. Keadaan sekolah. Berceloteh ria bersama sahabat-sahabatnya. Betapa rindunya dengan suasana sekolah.

Secara perlahan, Cindai bangun. Tidak tahu kenapa ia merasa membutuhkan udara segar. Ia memutuskan menuju balkon kamarnya.

Waktu menunjukkan kurang lebih pukul setengah delapan pagi. Masih terdengan kicauan burung-burung yang menari di atas sana. Sesekali terlihat beberapa anakkecil di jalanan yang berlarian tergesa-gesa menuju sekolah. Cindai mendesah pelan, menatapi halaman samping yang adalah pemandangan yang bisa didapatnya dari balkon kamarnya. Berada di balkon kamarnya mungkin membuat hatinya merasa sedikit tenang.

“ah. Gue suntuk dirumah. Gue bosan. Gue kangen sekolah, kangen teman-teman, kangen Bagas!” batinnya.

Seketika ia terdiam menyebut nama Bagas. Yah! Bagas. Sudah tiga hari Cindai tergulai lemas di tempat tidur, tapi tak sedikit pun sesosok tampang ganteng Bagas muncul dirumahnya. Kemana Bagas ? Entahlah.

Kesal dan penuh amarah telah merangkap otak gadis manis itu. Pikirannya sudah menerawang kesana kemari memikirkan segala hal negative yang tiba-tiba muncul dipikirannya itu. Ah. Menyebalkan sekali ! batinnya yang terus berteriak sambil sesekali memukul kepalanya yang tak bersalah apa apa. Orang yang sudah 3 tahun menemani hari-harinya, tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Cepat sembuh, yah? Cindai mencoba mengingat kembali kata terakhir yang di sampaikan Bagas kepadanya beberapa hari yang lalu. Perasaan campur aduk yang membuatnya semakin kesal.

Hanya itu ?Apakah dia tidak begitu khawatir sama keadaanku ? Pertanyaan yang masih menyelimuti otaknya. Dan tanpa sadar sedikit demi sedikit butiran air siap membanjiri wajah manisnya. Lagi. Ah. Desahnya sambil melemparkan tubuhnya.

Cindai merasa ponselnya bergetar. Dengan perasaan senang dan sigap ia segera meraib ponsel berwarna biru yang ada di atas tempat tidur, berharap seseorang yang menghubunginya itu adalah Bagas. Namun, mukanya kembali terlihat muram saat membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Ternyata Marsha sahabat karibnya dan teman sebangkunya.

Seperti burung yang kehilangan induknya, Marsha tak pernah sedetik pun melewatkan waktu istirahatnya walau sekedar ngobrol atau bercanda bersama Cindai. Begitulah ketika Cindai tidak masuk sekolah. Jika ada waktu luang, ia selalu menanyakan keadaan sahabatnya itu.

**

Saatnya tiba pulang sekolah, Marsha memutuskan untuk kerumah Cindai. Untuk menemani Cindai dan membantu Cindai mencatat semua pelajaran yang ketinggalan selama ia tak masuk sekolah. Jarak antara sekolah dan rumah Cindai terbilang cukup jauh. Sekitar setengah jam Marsha sampai di rumah Cindai.

Marsha segera mengetuk pintu rumah tersebut yang terbilang mewah di banding rumahnya. Andaikan rumahku seperti ini, pasti Chelsea dan dayang-dayangnya itu tak perlu menghinaku. Pikirnya dalam hati.

Seorang wanita paruh baya terlihat telah membuka pintu. Marsha terlihat masih sedikit melamun. Ia memang sedikit minder apabila bertamu kerumah teman temannya.

"Kenapa melamun, nak ? Ayo silahkan masuk. Langsung naik aja ke kamar Cindai. Sepertinya Cindai sudah menanti kehadiranmu" ucap wanita paruh baya itu dengan ramah,yang tak lain adalah Mamanya Cindai.

"Iya tante, terima kasih. Saya permisi ke atas dulu," ucap Marsha tersenyum dan menunduk, kemudian meninggalkan Rini yang masih berada di depan pintu.

Marsha melangkahkan kakinya dengan perlahan. Marsha takut kalau Cindai sedang tidur. Marsha tak ingin membangunkan sahabatnya itu. Ketika sedang melangkah,tiba-tiba saja ada bayangan lewat sekelebat dengan sangat cepat. Ia begitu terkejut. Spontan berteriak tanpa sadar membuat Rini yang masih berada tak jauh dari sana untuk segera bergegas mencari asal suara tersebut. 

"Ada apa nak Marsha ?" teriaknya dari bawah.

"Gak ada apa apa kok tante. Maafin saya. Tadi saya gak sengaja melihat tikus." ucapMarsha gugup seperti menyembunyikan sesuatu.

Cindai yang mendengar suara teriakan Marsha langsung membuka pintu kamarnya dan keluar. Dia melihat sahabatnya itu ketakutan dan langsung memeluk sahabatnya dengan erat.

"Marshaaaaaaaaaaa.. Gue kangen lo, " ucap Cindai yang terlihat masih terlihat lemas dan pucat masih memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat.

"Gue juga kangen sama lo Cin,! Eh masuk ke kamar lo aja yuk.  Muka lo masih pucat gitu. Ntar lama lama disini lo pingsan lagi, gue gak kuat angketin lo," ajak Marsha dengan gugup,mencoba untuk tersenyum.

Lalu, mereka berdua masuk ke kamar. Melepas kangen seperti seorang sahabat yang tak bertemu bertahun-tahun yang tiba tiba datang kembali tanpa memberi kabar. Haha.
  
*

“Sha, gimana keadaan sekolah hari ini ?” tanya Cindai.

“biasalah,Ndai. Anak anak pada kepo tanyain lo kapan masuk,” jawab Marsha singkat. Ia tengah sibuk memilih novel novel bergenre romantic di tumpukan-tumpukan seper-sekian tumpukan buku buku yang berada di lemari putih mungil yang terletak di pojok kamar Cindai.

“B-b-b-bagas? Lo ketemu dia gak ?” ujar Cindai terbata bata dan menunduk berusaha menahan air matanya tak jatuh lagi hari ini.

Marsha yang dari tadi sibuk dengan kebiasaannya itu seketika terdiam mendengar jawaban Cindai. Ia lalu menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat. Berusaha menguatkan sahabatnya seolah tak terjadi apa apa.

“Jangan negative thinking dulu, dear ! Selama lo sama dia gak ada masalah apa-apa, gue yakin semuanya akan kembali normal. Mungkin dia lagi sibuk latihan basket. Lo taukan kalo tim basket sekolah lagi persiapan untuk Basket Competition bulan depan,”ujar Marsha sambil menatap penuh sahabatnya itu.

Cindai masiht erlihat mayun, mencoba menguatkan hatinya dengan apa perkataan sahabatnya barusan. Semua akan baik baik saja. Kini ia mulai bisa sedikit tersenyum.

***

Keesokan harinya .. 

Bel istirahatpun berbunyi. Semua siswa berhamburan ke kelas. Tak terkecuali Cindai. Sehari ini dia masih belum bertemu dengan Bagas. Dia masih terus melamun. Memikirkan Bagas dimana.

“Bagas kemanasih ? Gue bbm gak di read. Sms gak dibales. Telpon gak dibales. Jangan jangan dia nanti bilangnya "akuuuu gak punya pulsaaaa .. Kaya iklan aja ..” UcapCindai sendiri dengan jengkel.

“Woii,melamun aja lo dari tadi .. Gak ke kantin ?” ucap Marsha. Namun pertanyaannya tak di respon Cindai. Dia masih terus melamun.

“Ndai, lo gakapa-apakan ? Dari pagi melamun terus. Masih sakit yah ?” ujar Marsha khawatir.

Cindai hanya menggeleng. “Angel mana ? Tumben gak kesini ?” ujarnya lemah.

“Hari ini dia gak masuk. Ada pemotretan gitu deh. Lo taukan dia model, jadi sibuk pemotretan sana-sini,”

“Oh, trus lo gak ke kantin, Sha ?”

“Enggak,Ndai. Gue masih belum selesaikan project mading gue. Masih belum dapat ide ini buat tema mading minggu depan,” ujar Marsha yang masih saja sibuk mengutak-atik Ipad kesayangannya itu. “Bagas kemana, Ndai ? Gue gak liat dia seharian ini,”sambungnya.

“Tau ah,”ujar Cindai jutek.

Marsha menghentikan kegiatannya dan menatap Cindai tajam. “Lo berdua gak lagi ada masalah, kan ?”

“Kenapa lo liat gue kayak gitu ? Enggak. Gue gak ada masalah apa-apa kok sama dia.” ujar Cindai dan langsung memasang headset di telinganya.

Marsha mengehela nafas. “Terserah lo deh ..”

*

Sementara dikelas X5 ,

“Hoi! Haloooooooooooooooo .. !

Bagas terkesiap seperti baru sadar dari mimpi. Di depannya, Rafli sedang melambai-lambaikan tangan.

“Eh. Oh. Ada apa ?”

“Siang-siang sudah melamun, pasti mikirin Cindai,” goda Rafli yang tengah sibuk dengan ponsel blackberry-nya itu.

“Yah.. kurang lebih,” kata Bagas apa adanya.

“Mikirin cewek aja lo berdua, latihan woy, latihan ..” ujar Difa mengagetkan mereka.

“Iya, gue juga tau kali. Gak usah mengingatkan lo, kaya lo gak aja.” ujar Rafli jengkel.

*Brakkkk* Seperti ada yang membuka pintu. Chelsea dan dayang-dayangnya. Yang masuk seenaknya tanpa permisi. Kelas lagi dalam keadaan kosong. Semua siswa/i tengah sibuk melakukan kegiatannya masing-masing. Terlihat hanya beberapa orang saja yang memilih menghabiskan waktunya di dalam ruangan.

“Hai, Bagas,hari ini lo latihan kan ? Hari ini kita latihan bareng loh ..” ujar Chelsea menghampiri Bagas. Dengan gaya sok ke-artis-annya itu memamerkan baju yang sedang di pakainya.

“Lo lagi, Lo lagi. Sehari lo gak ganggu kehidupan Bagas gak bisa yah ?” ujar Rafli spontan.

“Apaan sih lo, Raf ? Cemburu yah ? Makanya ganteng dikit dong biar banyak yang naksir..”ucap Chelsea PD.

“Centil banget sih lo ..” jawab Rafli sedikit kasar.

“Basi lo,!” Jawab Chelsea jutek. Pandangannya kembali kepada pangeran pujaan hatinya “oya, Gas. Gimana penampilan gue hari ini ? Oke gak ? Ini kostum cheers baru kita loh .. Menurut lo gue cocok gak pake kostum ini ?”

Bagas hanya mengerutkan dahinya. “Gue pikir tadi kuntilanak siapa gitu yang deketin kita ..”Ujarnya dengan posisi bangun dari tempat duduknya dan siap untuk meninggalkan tempat yang sejenak menjadi seperti berada di tengah harimau yang siap menerkam dirinya.

“Yukk, bro’,cabut dari sini ! Stres gue lama-lama disini ..”

“Ih, Bagas lo kok gitu sih sama gue ? Gue dandan cantik gini demi lo tau !”

“Gak ada yang nyuruh lo dandan buat gue kan ..” teriak Bagas dari balik pintu. Diikuti dengan tertawa Difa & Rafli.

Chelsea terlihat jengkel mendengar ucapan Bagas barusan. Menghentak-hentakan kakinya ke lantai keramik. Bagas sungguh menyebalkan, cibirnya penuh kekesalan. Terlihat semua yang berada disana hanya bisa menahan tawanya.

“Duh, Chels. Kasian banget sih lo. Usaha sampe terjun dari monas juga Bagas gak bakalan suka sama lo. Sini sama gue. Gue masih jomblo kok.” Terdengar suara seorang murid yangdi ikuti riuh tawa para murid yang mulai ramai.

“Lo berdua bukannya belain gue malah ikutan tertawain gue, sebentar pulang sendiri. Gak ada nebeng sama gue” bentak Chelsea kemudian pergi meninggalkan dayang-dayangnya yang masih terlihat linglung memandang satu sama lain. Kemudian berlari mengejar sang tuan putri.

*

Lapangan basket masih terlihat sepi. Sesekali hanya ada beberapa anggota team yang mengoper-oper bola seperti sedang melakukan pemanasan.

“Gila yah tuh cewek, gak tobat apa gangguin lo terus, Gas ?” ujar Rafli sambil memperbaikitali sepatunya. Bagas hanya mengangkat bahunya. Lebih baik tak merespon dari pada harus mencari suatu kesalahan baru.

“Lagian tuh cewek kok centil banget sih, kayak gak ada tobat-tobatnya. Sekali-kali kita kerjain boleh tuh ..” tambah Rafli bersemangat.

“Tau, ah. Terpesona kali sama kegantengan gue. Secara gue Bagas Rahman Dwi Saputra seorang cowok paling kece di antara para cowok kelas sepuluh. Sapa sih yang gak naksir dan cinta sama gue !” ujar Bagas spontan dengan penuh percaya diri.

“Huh .. Ke-pede-anlo, Gas ! Mentang-mentang lo pacarnya Cindai yang jelas-jelas kakaknya ketua tim Basket. Yah, so pasti kak Rio milih lo untuk gantiin dia” seru Rafli menjitak kepala Bagas. Bagas hanya meringis kesakitan sambil memegang kepalanya dan membalas jitakan Rafli.

“Tapi, jangan gitulah. Lagian dia cewek, gak baik kita kerjain. Gue gak tega,” jawab Difa sedikit membela.

“Ciee, dibela .. Awas lo naksir lagi, kan rumit jadinya” ledek Rafli.

“Tapi bukannya lo lagi PDKT sama Angel yah ? Kok sekarang sama Chelsea sih ? Belajar playboy lo yah ?” seru Rafli, menatap Difa serius.

Wajah Difa sedikit memerah. Entah apa yang membuat jantungnya seperti berdegup kencang. Terus Angel gimana dong ? Batinnya terisak. Kini ia berada di antara dua pilihan.

“Heii, lo semua, jangan keasyikan ngobrol terus cepat latihan.” Terdengar suara Rio memanggil. Membuat mereka segera bergegas menuju ke tengah lapangan untuksegera bergabung bersama yang lain sebelum Rio mengeluarkan statement hukuman bagi yang terlambat.

*

Matahari tak terlihat lagi disana. Kini sinar rembulan dan taburan bintang yang mulaimenghiasi malam. Tepat pukul setengah tujuh malam mereka usai berlatih. Menghadapi basket competition tingkat SMA se-Jakarta membuat tim basket SMA ICIL terusberlatih. Bahkan tak jarang beberapa dari mereka dengan sengaja meninggalkan jam pelajaran.

Rio mengisyaratkan latihan hari ini telah selesai. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia meraib botol minum yang terdapat dalam tasnya sambil berdadah dadah ria sama mereka satu per satu siap kembali ke rumah masing-masing.

“Kak, gimana? Sudah tau Z itu siapa ?” ujar Rafli yang masih penasaran dengan surat misterius yang diterima Gabriel. Gabriel hanya menggeleng.

Gabriel pun masih penasaran siapa pengirim surat misterius itu yang membuat hubungannyas ama Sivia di ambang kehancuran.

“Gimana kalo kita selidiki aja ? Yah, kita cari tau siapa yang kirim surat itu ke kak Gabriel ..” ujar Difa memberi ide.

Rio menepuk pundak Difa “kecil kecil tapi ide lo cemerlang juga yah ?”

“Gue ikut ajadeh, cara apapun bakalan gue lakukan. Yang penting hubungan gue sama Sivia bisa normal lagi,” ujar Gabriel spontan. Yang lain hanya menggangguk setuju.

Sementara Cakka yang dari tadi sibuk telponan dengan Shilla, sesekali terdengar keributan dan bentakan dari seberang sana yang membuat arah pandang menuju ke satu titik. Hubunganyang di dasari dengan sifat gensi dan emosional yang setiap hari mewarnai gaya pacaran mereka.

***

Keesokkan harinya ..

Cindai tengah sibuk bercengkeramah dengan para sahabatnya. Pandangannya tak sengaja mengarah ke pintu. Seperti seseorang yang bisa membaca perasaan masing-masing, terlihat Bagas tengah berjalan bersama kedua sahabatnya mengarah ke  kelasnya. Ah. Masih ingat juga ternyata. Tapi ngapain ke sini ? Belum puas bikin orang khawatir. Huh. Ia mendengus kesal dan menghentikan obrolannya dan sibuk kembali menekuni buku-buku pelajarannya.

“Halo sayang,maaf yah belakangan ini gue sibuk latihan basket,” ujar Bagas tiba-tiba telah duduk disampingnya.

“baik” jawab Cindai singkat, masih konsentrasi dengan buku yang ada didepannya.

“Kalo ada yang ngomong tuh di dengerin jangan di cuekin” celoteh Bagas, menarik paksa buku yang tepat berada di depan Cindai.

Cindai belum mau menatap Bagas “balikin buku gue” ujarnya sedikit sinis.

“Enggak. Sebelum lo tatap gue, gue gak bakalan balikin buku lo. Titik”

Cindai masih berprinsip dengan dengan ego-nya yang tak mau menatap cowok nan kece didepannya. Sialan. Bikin emosi naik saja. Cibirnya kesal dalam hati.

“Udalah,Ndai. Gak usah gengsi gitu. Bilang aja lo kangen sama gue, susah banget sih ?”ujar Bagas tersenyum menggenggam kedua tangan Cindai yang di taruh didepan dadanya.

Sreg!Jantungnya seketika berhenti. Mukanya yang terlihat penuh amarah kini berangsur-angsur pulih. Bagas dengan senyum manisnya masih terus menatapnya serius. Ia hanya bisa menunduk. Grr. Bagas memang paling tau bikin hati dag digdug kayak begini. Sialan. Ah!

Bagas dengan spontan memegang pipi gadis manis di depannya itu. Mengangkat pelan wajah yang telah menunduk. Memperhatikan dengan jelas wajah manis di depannya itu.

Cindai terlihat gugup. Serasa terbang dilangit ketujuh. Darahnya berdesir kencang. Jantungnya seperti mau copot. Bagas ngapain coba ? Tau ah.

“Mata lo ada beleknnya tuh .. Tadi pagi ke sekolah gak cuci muka dulu yah ?” bisiknya pelan kemudian tertawa lepas. Bruuk ! Cindai mencibir kesal, memukul-mukul pundak Bagas dengan tangannya. Huh. Apa apaan ini. Heh.

“Gak marah lagi donk ?” ujarnya menahan tangan Cindai yang masih terus memukul dirinya. Tidak wajib bagi dirinya mengetahui sikap kejutekan Cindai. Salah paham. Mungkin ? Mengalah sama cewek ngambekan kayak Cindai adalah jalan terbaik dibanding memperkeruh masalah menjadi rumit. Pikirnya dalam hati. Hmm.

Cindai hanya mengangguk pelan dan melemparkan senyum manisnya.

“Yah, kok berhenti sih ? Kan gue belum bilang cut ?” ujar Difa mayun.

“Dasar mesum otak lo, “ ujar Cindai melempar buku yang diatas meja kearahnya. Difa meringis kesakitan.

“Duh, sosweet banget sih .. Gue mau donk kayak gitu ..” ujar Angel dengan kedua tangan memegang pipinya sendiri dengan mata cipitnya.

“Noh, sama Difa nih yang masih jomblo .. Dia ahli loh kalo soal so sweet .. so sweet-an ..lebih sweet malah dari mereka ..” tambah Rafli menunjuk ke arah Bagas &Cindai yang dari tadi hanya tersenyum melihat tingkah lucu sahabat-sahabatnyaitu.

“Sama dia ?Idih, ogah ..” Angel tersenyum remeh.

“Sapa juga yang mau sama lo ?” ujar Difa tak mau kalah. Difa pun mengarah pandangannya ke arah Marsha “mending gue sama lo yah, Sha ?”

Rafli menjewer telinga Difa “eh, enak aja lo, punya gue itu .. jangan macem-macem lo!”

Difa memegang kupingnya yang kesakitan “huh, Rafli belum jadi pacarnya Marsha aja galaknya minta ampun, apalagi udah jadi pacarnya ..”

“Ada apaansih, nih ?” jawab Marsha tiba-tiba.

“Marshaaaaaa!!!! Kambuh deh lo. Fiyuuuhhh ..” seru mereka kompak.

Marsha masih tak menyadari dengan apa yang terjadi barusan. Ia tak pernah absen untuk mencari bahan-bahan mading. Tapi, melihat keceriaan Cindai dan Bagas barusan,setidaknya dia sudah mulai mengerti bahwa semua baik-baik saja.

Bel istirahat selesai. Semuanya telah kembali ke kelasnya masing-masing. Tersisa Cindai dan Marsha yang memang sekelas. Cindai terlihat masih senyum senyum mengingat kejadian barusan. Ah. Hidup bakalan lebih indah kalau kita bisa memaknai dan mensyukurinya. Pikirnya dalam hati.

**

Saat itu sekolah terlihat sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Chelsea dan Salma sedang berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke toilet. Saat mereka sedang berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah. Ada Pak Kevin yang sedang berjalan. Pak Kevin adalah guru paling ganteng, cool dan baik di sekolah. Banyak murid cewek yang ngefans sama dia. Terutama Chelsea. Chelsea sangat centil sama pak Kevin.

"Eh, pak kevin." tegur Chelsea senyum-senyum sambil salim dengan pak Kevin.

"Jangan ganjen lo, Chel. Bagas mau lo kemanain ? " ledek Salma.

"Ssst, berisik lo !" bisik Chelsea.

"Hai, kalian. Ngapain di luar saat jam pelajaran ? mau kabur yah ?" tanya pak Kevin curiga.

"gak pak. Kita mau ke toilet. Bapak mau ikut ?" ucap Chelsea bercanda.

"Hush .. ada-ada aja kamu. Yah, udah bapak pergi dulu ya. Jangan kabur loh." ucap pak Kevin memperingati.

"Yayaya pak." balas Salma.

Lalu pak Kevin berlalu meninggalkan mereka. Chelsea dan Salma melanjutkan perjalanan mereka ke toilet. Ada seorang yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik mereka. Sangat misterius !

Lalu Saat di toliet. Salma menunggu Chelsea. Ketika Salma menunggu Chelsea. Salma melihat sesuatu. Seperti dua kalimat tulisan. Yang di tulis dengan tinta merah ..

"Apa ini ?" batin Salma.


Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.




"Tulisan apaan nih?" ucap Salma.


"Apaan, Sal ?" tanya Chelsea dari dalam toilet.

"Tau nih Chel ada tulisan aneh di meja deket wastafel.." balas Salma sedikit bingung dan tanpa rasa takut. Dia memegang tulisan itu.

Suasana yang sangat sepi. Membuat suasana menjadi seram. Hanya sesekali terdengar suara2 desiran air yang di pakai Chelsea. Tetesan air setetes demi setetes dari wastafel membuat suasana makin horor.

"Loh, kok masih basah sih." batinnya.

Salma lalu mencium tinta merah itu. Setelah Salma menciumnya. Salma shock dia mulai ketakutan. Bau.. Bau darah.. ucapnya terbata-bata. Lalu tanpa sengaja dia melihat bayangan seorang cewek yang berdiri di belakangnya yang dengan wajah tertunduk. Salma langsung berlari keluar kamar mandi. Dan meninggalkan Chelsea begitu saja...

Beberapa saat kemudian Chelsea keluar dari toilet. Suasana yang sangat sepi. Chelsea mencari-cari Salma, tetapi dia tak menemukannya. Chelsea sangat kesal. Lalu dia berteriak.

"Woyyy Salmaaaaaaaaaaa!! kok ninggalin gue sih !! awas lo yaaaa !!!" teriak Chelsea sambil marah-marah sendiri.

"Huh, awas tuh anak. Eh apa ini .. kok ada tulisan asing .. Biasanya gak ada disini kok .." ucap Chelsea penasaran.


Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.


"Siapa yang nulis kaya gini deh. Kurang kerjaan !" ucap Chelsea.

Chelsea tak mempedulikannya lalu segera pergi dari toilet dan segera menuju ke kelas. Ketika Chelsea keluar dari toilet. Ada yang memperhatikannya dari kamar mandi ....... tatapan yang dingin .........

*

"Woy dodol ! kok lo ninggalin gue sih !" bisik Chelsea pada Salma.

"Sorry, tadi gue buru2. Takut di omelin bu Winda." balas Salma menyembunyikan apa yang dia lihat.

"Eh masa gue liat sesuatu di kamar mandi tadi." ucap Chelsea

"Lo juga liat apa yang gue liat ?" tanya Salma


Penasaran ? Tunggu part selanjutnya. Thank's for reading guys :)









Diposting oleh Unknown di 07.56 1 komentar

Sabtu, 11 Mei 2013

Cinta dari Villa Misteri (Part 4)

Jam menunjukkan pukul 00.00 WIB dini hari. Cindai melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk mengambil segelas air. Tetapi saat dia sudah sampai di dapur.Dia melihat seorang wanita seperti sedang memasak.

"Mama ? Ah ..  Bukan. Eh masa sih ?” tanya Cindai kepada orang tersebut namun tak ada respon. “Ma, mama kok tumben masak jam segini ? Emang besok mama berangkat pagi-pagi lagi, sampai rela bikin sarapan untuk kita jam segini ?" ucap Cindai penasaran sambil berjalan kearahdapur.

“Cindai ..” ucap seseorang sambil menepuk bahu Cindai.

“mama .. ngagetin aja sih ..”  ucap Cindai kaget dan mengentikan langkahnya.

“Kamu ngapain di dapur jam segini ? Ayo tidur sana. Besok kamu harus sekolah”

“Mama sendiri ngapain disini ? masa masak jam segini sih ?” ucapnya yang masih mengira bahwa orang yang dari tadi dilihatnya itu adalah mamanya.

“Cindai,jangan berhalusinasi deh … Mama tuh bangun karna mendengar suara kamu panggil-panggil nama mama ..” ucap Rini heran.

“Tapi ma …tadi aku lihat mama lagi masak … Masak aku ngomong sendirian sih ?”

“tuh gak ada siapa-siapakan ?” ucap Rini sambil memperlihatkan seisi ruang makan dan dapur yang bersebelahan kepada putri tercintanya yang memang tak ada siapapun kecualidirinya dan Cindai. Cindai  hanya terdiam.Masih bingung dengan apa yang baru dilihatnya.

“sekarang kamu tidur yah sayang ? jangan berhalusinasi lagi .. mama takut kamu kenapa-kenapa ..” ucap Rini sambil memegang kedua pipi anaknya itu. Cindai hanya mengangguk dan langsung meninggalkan mamanya.

*

Kejadian aneh yang sama pun terjadi dirumah Bagas ketika Ia sedang sibuk membereskan buku-bukunya. Tiba-tiba dia kaget melihat bayangan yang lewat di jendela kamarnya. Tetapi Ia tak mengiraukan itu.
“apaan sih itu ? ngagetin aja .. bodoh ah, mending tidur ..” ucap Bagas sambil mengarahkan kakinya ke jendela namun Ia tak melihat apapun.

*
"Ma, Pa.. Rio berangkat dulu yah ..." pamit Rio pada orang tuanya sambil salim dan mencium pipi orang tuanya.

"Duluan yah anak manja .." ledek Rio pada Cindai. Cindai hanya diam saja.

“kenapa lo ?” tanya Rio heran dengan merasa aneh dengan sikap adeknya yang berbeda. Namun,tak ingin berdebat Rio pun berlalu meninggalkan mereka dan bergegas menuju mobil.

“sayang, kamu gak apa-apakan ?” tanya Rini yang melihat Cindai yang dari tadi melamun. Cindai hanya menggeleng. Sementara tangannya sibuk memainkan handphonenya.

“ma, pa .. kayaknya Bagas udah di depan tuh … aku berangkat sekolah dulu yah ..” ucapnya dan mencium kedua pipi orang tuanya.

"Hati-hati yah sayang." ucap mama, sambil mencium kedua pipi Cindai.

*

Di perjalanan di dalam mobil

"Kamu kenapa sayang ? kok daritadi diem aja ? Ada masalah ?" tanya Bagas bingung dan khawatir melihat Cindai yang tidak seperti biasanya. Cindai hanya menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa ? Jangan bikin kepo dong .." balas Bagas. Cindai melihat ke arah Bagas dengan tatapan dingin.

"Cin … ?? kamu gak apa-apa ? aneh banget sih ..." Bagas makin bingung melihat tingkah Cindai

"Gakapa-apa …!!" balas Cindai dengan nada sedikit kasar

"Chubbykuuuu .. Jangan bercanda dong .. Aku takut tau .." Bagas jadi takut karena sikap Cindai

"Maaf sayang. Tapi aku benar gak papa kok. Nanti aku cerita di sekolah aja ya ?"balas Cindai kembali normal.

**

Dikantin sekolah.

"Cindaaaaaaaii .. Besok bawa camera yang waktu itu kita pake buat foto-foto di Villa. Gue mau liat hasil-hasilnya.. Oke?" ucap Marsha

"Iya .." balas Cindai

"Lo kenapa sih, Ndai ? Gak kayak biasanya deh .. Dari tadi kalo ada yang tanya jawaban lo singkat banget …" sambung Angel yang heran dengan Cindai yang berbeda.

"Ah perasaan lo aja. Gue cuma gak enak badan aja kok .." balas Cindai dengan senyum dipaksa.

"Kalo kamu sakit, ngapain masuk sekolah sih ?" ucap Bagas

"Gakpapa. Lagian kalo dirumah, aku takut .." balas Cindai dengan wajah yang kusut.

"Oh ya tadi katanya kamu mau cerita sesuatu ? apaan sih ?" tanya Bagas penasaran. Cindai masih terdiam. Antara bingung mau cerita atau enggak.

“Ndai, kalo lo ada masalah cerita donk ke kita. Kita kan sahabat lo, masa lo gak percaya sih sama kita ?” ucap Marsha. Yang lain hanya mengangguk.

"Teman-teman... Semenjak dari villa itu gue jadi suka mimpi dan melihat hal-hal seram. Gue takut .. Gue rasa kita diikuti hantu villa itu .." ucap Cindai dengan wajah ketakutan dan butir-butir air mata telah membasahi pipinya itu.

"Tenang Chubby ku. Kita selalu ada buat kamu." ucap Bagas meyakinkan sambil menghapus air mata yang membasahi pipi kekasihnya itu.

"Iya Cin, tenang aja. Selama ada kita lo akan baik-baik aja kok .." tambah Marsha.

"tapi gue takut di rumah. Gue selalu di ganggu di rumah .." ucap Cindai lirih.
Bagas lalu merangkul Cindai. "itu cuma berhalusinasi aja, sayang. Makanya kalo melakukan sesuatu harus selalu berdoa dulu. Terutama sebelum bobo. Lagian dirumah ada mama sama papa, masih ada kak Rio juga .." ucap Bagas menenangkan Cindai.

"Iya,aku akan lebih sering berdoa. Mungkin gara-gara aku lupa berdoa. Jadi seringliat yang aneh-aneh." ucap Cindai lega.

Sebenarnya Bagas, Difa, Rafli, Angel dan Marsha juga merasakan hal yang sama dengan Cindai. Mereka sering bermimpi yang aneh-aneh. Tetapi melihat kondisi Cindai seperti itu, mereka masih belum mau untuk menceritakan yg dialami mereka.

*
Pagi yang cerah. Matahari yang sangat terik yang menyilaukan mata, terlihat di celah tirai kamar. Hari itu hari Sabtu. Seperti biasa, Bagas gak pernah absen untuk mengajak kekasihnya itu berdua walau hanya sekedar nonton atau nongkrong di kafe langganan mereka. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya. Namun saat dia berdiri, ia seperti menginjak sesuatu. Lalu bagas menoleh pada melihat ke arah kakinya. Ada setangkai bunga mawar yang terinjak oleh Bagas. Lalu Bagas mengambil bunga itu.

“Kok ada bunga sih ? Iseng banget yang naruh .. Huh .." batinnya berbicara sendiri.Tanpa pikir panjang dan keinginan untuk tau siapa pengirim bunga misteri itu,ia langsung membuang bunga itu ke tempat sampah yang ada di samping mejabelajarnya dan segera menuju ke kamar mandi dengan mata yang sedikit mengantuk.

*dukkk*

"Aduh ..Siapa sih yang naruh pintu ini disini ?" ucap Bagas kesal sambil mengelus-elus keningnya karna sakit. Setelah mandi ia siap-siap untuk menjemput Cindai.

"Gas,ayo makan dulu nak .." terdengar suara Nania memanggil namanya.

"Iya, ma.." balasnya yang masih sibuk BBM-an dengan Cindai. Dan bergegas menuju ruang makan.

“pagi ma ..”ucapnya sambil duduk dimeja makan.

di BBM...

"Chindai Gloria" 
Status: Otw withcowo bawel:p{}

Bagas: R Sayang..Tunggu ya, aku makan dulu..! :) 
Cindai: R Iyasyg :) makan yg byk ya 
Bagas: R Iya Chubbyku..! >:O :p  <3 

Bagas segera menghabiskan makan nya dengan tergesa-gesa. Setelah makan. Bagas pamit pada mamanya. Dan segera ke mobil untuk menjemput Cindai. "Ma, Bagas pergi dulu yah .." 

"Hati-hati yah nak .." balas mama.

**

TOK .. TOK ..!!

“Siapa sih ? Tunggu yah sebentar ..” ucap suara dari dalam rumah dan sedikit berlari menuju pintu. 

Bagas hanya tediam melihat sesosok wanita manis yang tepat berdiri didepannya. Yuph.Cindai. Hari ini ia telihat sangat manis dengan dandanannya itu dan dress pink yang membungkus tubuhnya itu. Bagas hanya terdiam sambil senyum-senyum terpesona melihat Cindai.

"Heh, kok malah bengong sih !" ucap Cindai sambil melambaikan tangannya diwajah  Bagas yang dari tadi masih belum mengeluarkan satu kata pun.

"Iya .. iya .. Abis kamu manis banget sih .." Bagas hanya menggaruk-garuk kepalanya dan tertawa kecil.

"Gue emang manis kali .. baru sadar yah mas ?" ledek Cindai

"Pede lu .." ledek Bagas tak mau kalah

"Suka-suka gue .. wekkk .." 

Bagas hanya tertawa melihat Cindai dan langsung merangkul Cindai. Mereka bergegas menuju mobil dan pergi.

**

Bagas yang sedang menyetir mobil memulai pembicaraan.  "Kita mau kemana nih ?"
"Bioskop yuk ?" ajak cindai

"Bosan ah .."

"Terus kemana dong. Tadi nanya aku mau kemana, giliran dijawab, malah gamau .." jawab Cindai sedikit badmood

"iya juga ya .. " balas Bagas tertawa.

“ikut aku yah ? aku mau tunjukin kamu sesuatu ..” ajak Bagas. Cindai hanya mengangguk setuju.

Cukup memakan waktu yang sangat lama mereka pun tiba ditempat tujuan. Sebuah danau indah dan hening. Sesekali hanya terdengar suara kicauan burung-burung yang menari-naridi langit. Hanya terlihat beberapa orang yang sedang asyik menikmati suasana sekitaran danau.

“wahh .. danaunya indah bangett ..” ucap Cindai ketika membuka pintu mobil. Ia pun segera turun dari mobil dan berlari menuju pinggiran danau tersebut. Ia sangat menikmati suasana tersebut sambil menari-nari riang dipinggiran danau dan memainkan air danau.

“oya, kenapa sih kamu ajak aku kesini ?”

"biar romantis kali .." balas Bagas dengan senyum manis

"emang harus yah di danau ?" tanya Cindai. Bagas hanya tesenyum dan terus memandanginya.

"terserah deh .."

Mereka begitu sangat asyik menikmati pemandangan sekitar danau.

“Ndai, naik itu yuk ?” ucap Bagas menunjuk kearah sebuah perahu kecil yang berada dipinggiran danau.

“tapi kan .. aku ..” jawab Cindai panik. Cindai memang sangat takut klo disuruh melakukan apapun yang berhubungan dengan air. Bukan berarti dia takut sama air tapi karna dia gak bisa berenang :D
“aku gak bisa berenang ? makanya kamu takut kalo tiba-tiba perahu itu terbalik terus kita tenggelam ?” ujar Bagas memotong pembicaraan Cindai. Cindai hanya memasang tampang cemberut.

“Cindai .. Cindai .. belum naik aja, muka udah kusut gitu ? Tenang kan ada aku yang siap menolongmu kapanpun .. gini-gini aku pernah juara renang tingkat provinsi zamanSD dulu ..” ujar Bagas tertawa melihat tampang kusut Cindai yang mukanya udah kayak orang abis kesambet setan.

“apaan sih .. gak lucu ..” ujar Cindai

“udah ah .. yuk ! Gak usah parno gitu ...” ujar Bagas meyakinkan dan dia langsung menarik tangan Cindai menuju tempat dimana perahu tersebut. Cindai hanya bisa pasrah menghadapi sikap pacarnya itu.

Cuaca sekitaran danau emang agak sedikit adem. Gak panas, gak hujan sehingga membuat mereka begitu sangat menikmati.

“ikhh .. Bagas apaan sih ? Jadi basahkan bajuku ..” ujar Cindai sedikit kaget karna Bagas tiba-tiba saja menyiprat Cindai dengan air danau.

“emang cuma kamu aja ? nih rasain ..” ujar Cindai tak mau kalah. Dia juga menyiprat Bagas dengan air. Mereka masih terus bercanda dan tertawa bersama air danau yang jernih, sambil menyusuri daerah sekitar danau tersebut dengan perahu mungil itu.

Cindai terdiam sejenak ketika pandangannya tertuju pada sebuah gaun putih lusuh yang terambang di atas air yang mendekat ke arah perahu mereka.

Bagas mengentikan perahunya ketika melihat orang yang didepannya itu sedikit ketakutan dan mukanya mulai pucat. “whathappen honey ?”

Cindai menggeleng. Dia masih terdiam dan terus memandang kearah benda diatas air yang letaknya tak jauh dari perahu yang mereka naiki.

“kita pulangyah sayang ? aku takut sesuatu hal yang buruk terjadi sama kamu “ sambung Bagas yang mulai panik. Dia pun mendayung perahu dengan sekuat tenaga kembali kepinggir.

Mereka kini sudah berada didalam mobil dan siap untuk kembali kerumah. Namun Cindai, dia masih tetap terdiam dan masih tak mau berbicara apapun. "kamu memikirkan apa yang aku pikirin gak ?" ujar Cindai tiba-tiba.

Bagas menghentikan mobil. Ia begitu kaget mendengar pertanyaan Cindai. "maksudnya?"

"gak apa apa, lupakan aja .."

Dengan otak yang masih terus berputar, Bagas mengantarkan Cindai pulang. Tak seperti biasa,melihat keadaan Cindai seperti orang shock kali ini Bagas hanya diam dan takmau banyak berbicara. Dia masih terus memikirkan perkataan Cindai barusan.

**

Di tempatlain. Rio, Ify, Cakka, Shilla, Sivia & Gabriel sedang date bersama kebioskop. Sambil mereka menunggu giliran masuk ke studio.  Mereka mengobrol dan membahas tentang liburan mereka

"Gimana nih, liburan kita ? gue pengennya nginep. Gak mau kayak gini. Bosen!" seruSivia

"Iya gue juga bosen .." tambah Shilla

"Kalo ada aku gak akan bosen kok " ucap Cakka sambil merangkul Shilla
"iya, tapi kalo gini terus gue bosen" balas Shilla sambil melepas tangan Cakka

"Cieeeeee .." ucap mereka kompak. Cakka dan Shilla menjadi salting.

"Ke villa lagi aja yuk ?" usul Ify

"emang kamu gak takut hantu ?" tanya Rio

Ify hanya tersenyum. "justru kalo kita takut bukannya mereka malah seneng yah ? Lagi pula kita punya TUHAN “

"Cieee ibu haji." goda Gabriel. Ify hanya diam mendengar ocehan Gabriel.

"Hmmmmm,gue mah ikut bebeb gue aja." ucap gabriel

"Iya gue juga ikut kalian aja deh." balas Cakka

"eh tapi gausah ajak anak-anak manja yah ?" ucap Rio menyinggung adeknya. Lalu mereka sepakat untuk berlibur ke villa lagi tanpa Cindai dan kawan-kawannya.

**

Malam harinya, Bagas merasa sangat gelisah seperti ada sesuatu yang salah.  Semua hal yang terjadi belakangan ini: bunga mawar aneh dikamarnya, wanita berparas cantik yang selalu menghantui tidurnya,ditambah kejadian-kejadian aneh yang dialami beberapa teman-temannya.

“Apa ada hubungannya dengan hantu villa itu yah,” gumamnya dalam hati. “Ah .. jangan mikir yang aneh-aneh deh .. Kebanyakan nonton horror jadinya gini deh ..”pikirnya sambil memukul-mukul kepalanya.

Clek. Seperti suara pintu yang dipaksa dibuka. Seketika lamunannya terhenti. “siapa ? tunggu sebentar,” ujarnya dan bergegas membuka pintu kamarnya yang memang sengaja dikunci.

Dia pun kaget melihat tak ada satupun orang didepan pintu kamarnya. “loh, kok, gak ada orangsih ?”

“bi, ..”suaranya memanggil bi Ina, pembantu rumah tangga mereka.

“Den Bagas, manggil bibi ? Maaf bibi lagi temenin non Cindy belajar di kamar,” ujar bi Ina datang tergesa-gesa seperti orang yang tak bisa di ganggu.

“bibi dikamar Cindy ? Terus mama & papa udah pulang belum ?”

“Tuan sama nyonya barusan telpon, katanya hari ini mereka pulang tengah malam. Ada apa kok tumben nyari tuan & nyonya ?”

Bagas terdiam “terus siapa yang mencoba membuka pintu kamar gue barusan ?” pikirnya yang udah menerawang kemana-mana.

“Den Bagas ? Den Bagas, gapapa, kan ?” ujar bi Ina memecah lamunan Bagas.

“Eh .. Enggak kok bi, bibi balik ke kamar Cindy aja, kasihan dia sendirian di kamar, makasihyah bi,? Ujar Bagas lalu menutup pintu kamarnya.

“lagi-lagi kejadian aneh ini, .. gak bisa dibiarkan. Aku harus cari tau !” ucapnya kesal, lalu segera tidur.

**

Pagi itu ketika kelas masih sepi, Gabriel mendapati dikolong mejanya tergeletak sepucuk surat dan setangkai bunga mawar di atasnya. Sebuah surat cinta.

Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.

Kamu adalah seseorang yang berbeda dari pria yang lainnya. Kamu sangat baik, sederhana, lucu, tetapi aku tidak tahu alasan mengapa aku mencintaimu. Cinta itu tak harus memiliki alasan kan? Kalau Cinta beralasan berarti itu bukan Cinta, tetapi hanya sekedar kagum. Hingga saat itu aku melihat kamu bermesraan dengan wanita lain. Membuat hatiku sakit. Remuk. Hancur. Aku tak tau lagi harus berbuat apa. Sayang, kamu kemana ? Kamu mau kan bersama denganku lagi seperti dahulu ?
I Love You.

Dari aku yang sangat mencintaimu. -Z-

“Z ? Siapa yah ?” tanya Gabriel dalam hati, tak menyadari ada yang dari tadi memperhatikannya dari balik jendela luar kelas.

“Gab, lo kenapa sih ?” tanya Cakka memecah lamunan Gabriel.

“Nih, ada yang ngirim surat ke gue, inisialnya Z, tapi gue gak tau siapa,” balasnya sambil menunjukan surat tersebut kepada Cakka.

“Hmmmmm, makanya lo jangan ganjen sama cewek-cewek.” Ledek Cakka

“sialan lo,” balas Gabriel menyikut Cakka.

“udah deh, simpan nih surat. Kita bahas sama Rio saat latihan, sebelum Sivia tau tamat lo,”

“Lo bener juga yah, thanks sob,!” ujar Gabriel kemudian menyembunyikan surat itu.

“Hai, Sivia.. Si Gabriel, dapat surat cinta tuh ?” ucap seseorang ketika melihat Sivia& Shilla yang tengah masuk untuk menemui pujaan hati mereka.

Sivia mengangkat satu alis nya, melihat ke arah Gabriel. Merasa ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya itu.

“Lo percaya sama mereka,?” ujar Gabriel memegang kedua bahu Sivia. Mencoba meyakinkan kalo gak ada apa-apa.

Sivia memandang tajam Gabriel dengan wajah yang sangat marah. “Kita putus !”. Kemudian pergi meninggalkan mereka.

Shila dan Cakka hanya memperhatikan mereka dengan tampang yang cengo.

“Sivia, kok putus sih ?” teriak Gabriel lalu mengejar Sivia.

**

Brakk !

“auwww, kalo jalan hati-hati dong, pake mata bukan pake dengkul. Sakit nih tangan gue,” ucap Shilla.

“Eh, maaf yah? Kamu gak apa-apa ?” ucapnya membantu Shilla berdiri.

Shilla menatap sosok orang di depannya dengan heran. “Iya, gue gapapa kok. Siapa lo ?Anak baru yah ?”

“Haloo .. Kenalin gue Zahra Damariva. Lo bisa panggil gue Zahra. Gue anak baru disini. Gue kelas XI-3. Lo pasti Shilla yah, ketua tim cheers SMA ICIL ?”

“Iya, kok lo tau nama gue ? Kita kan belum pernah kenalan ? Lo dukun yah, bisa ngeramal ?”

Zahra hanya tersenyum walaupun Shilla masih terus menjutekkinnya. “Maaf. Tadi gue sempat keruang cheers. Disitu ada struktur organisasinya. Dan gue baca ketua cheers’nya Ashilla Zahrantiara dan kebetulan ada foto loe juga kok.”

“ohhh ..”

“Gue ke kelas dulu yah .. Tapi lo beneran gak apa-apakan ?”

“Gak usah sok care deh .. Sono pergi, gak usah sok baik sama gue ..” ujar Shilla jutek dan pergi meninggalkan Zahra.

**

“Ndaaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………!!” teriak Angel tiba-tiba.

Cindai menutup kupingnya. “Auw, Ngel. Sakit kuping gue. Gak usah teriak-teriak,”

“Iya nih, Angel lebay deh teriak-teriak kayak orang kesurupan,” sambung Difa

“Huh, apaan lo ?”

“Ndai, bawa kamera gak ?”

“Noh, ada sama Marsha tuh ..” ujar Cindai menunjuk ke arah Marsha yang sedang asyik melihat-lihat foto mereka.

Belum Angel mengeluarkan satu katapun, Marsha sudah terlihat kayak orang ketakutan.

“Sha, lo kenapa sih ? Ngeliat foto sampe kayak gugup gitu .. Pasti lo lagi terkagum-kagum sama tampang cantik gue kan ?” cerocos Angel percaya diri.

“Guys, lihat deh .. Ini siapa ?” ujar Marsha ketakutan, sambil menunjukkan kamera Cindai.

“Mana .. Mana.. Gue liat dong ?” ujar Difa tiba-tiba nimbrung diantara Marsha dan Rafli.

“auww,pelan-pelan donk loe .. Sakit nih kaki gue lo injak,” keluh Angel sambil memegang lututnya.

“Duhh, maaf, aku gak sengaja,” ujarnya memegang kaki Angel. “Disin iyah yang sakit ? Gue pijitin yah ?”

“Duhh, Dif, alesan lo, Bilang aja kesempatan lo megang kaki Angel,” ledek Rafli

Angel pun menepis tangan Difa dikakinya. “Gak usah, gak butuh bantuan dari lo..”

“Ini kan perempuan yang waktu itu aku lihat dikebun pas kita masih di villa ..” ujar Bagas yang melihat sosok wanita yang di maksud Marsha di kamera tersebut.

“Maksud lo ?” seru mereka kompak.

“Kalo gak salah dia anak tukang kebun villa tersebut. Aku waktu itu ngeliat dia sedang memetik bunga-bunga di taman villa,”

“Trus lo kenalan gak ? Namanya siapa, cantik gak ?” ujar Difa dengan tampang kepo.

“Kenapa sayang ?” ujar Bagas yang melihat ekspresi Cindai yang mulai memasang tampang kusut.

“Jangan cemburu yah ? Aku gak kenalan kok sama dia. Aku waktu itu cuma ngeliat aja dari jauh,”

“Lahh, yang cemburu siapa ? Emang gue cemburu yah ? Lo kenalan sama dia juga gak apa-apa kok, pacaran juga gak apa-apa,” ujar Cindai mulai badmood.

“Huh, Cindai. Bilang aja lo cemburu. Gak usah sok gengsi deh ..” ujar Difa ceplas-ceplos.

“Lo pernah rasain sepatu masuk mulut gak,?

“Galak amat sih pacar lo, Gas ! Ia deh gue minta maaf kalo gue salah ngomong ..”

“Kasihan banget sih lo, makanya kalo ngomong dipikir dulu.” Ujar Angel tertawa.

Cindai yang masih badmood tiba-tiba kaget dengan bunyi handphone-nya. Ada sms dari kak Rio.

1 New Message

Dek, kamera ada sama lo kan? Entar lo titipin sama Bagas yah, Cakka mau transfer foto-fotonya kita yang di villa kemaren itu. Thanks.

Sender : Kak Rio  09:45

Setelah membaca Cindai langsung menyimpan kembali handphone-nya itu ke kantong seragamnya. Dia enggan membalas smsnya itu. Karena dia tau gak bakalan ada gunanya balas sms gak penting itu.

“Kok gak dibales ? Sms dari siapa sih ?” tanya Angel kepo.

Cindai tertawa kecil. “Mau tau ato mau tau banget ?”

Yang lain hanya memasang wajah curiga. “Aduh, gak usah curiga gitulah. Sms dari kak Rio.Dia minta gue nitipin kamera ke Bagas. Katanya sih kak Cakka mau ngambil foto-fotonya.

“Lo pikir sms dari siapa sih ? Kepo banget ..” ujar Cindai jengkel, merasa dicurigai.

Tet … Tet …Tet …

Bel tanda istirahat pun selesai. Mereka segera bergegas kembali ke kelasnya masing-masing.

“Makanan belom dibayar nih, tanggung jawab lo semua,” seru Difa

“Yah ampun, Difa. Gue kira tadi lo pesenin sekalian lo bayar. Huh, malu-maluin lo,” celutuk Rafli.

“Sejak kapansih Difa mau traktirin kita makan, hah ? Pake ini aja deh ..” ujar Angel menyodorkan uang seratus ribuan. “Bu, semuanya berapa yah ?” ujarnya.

“Semuanya sudah dibayar non, sama perempuan yang duduk disana,” ujar ibu penjaga kantin menunjuk kearah wanita yang duduk sendirian di pojok kantin.

Mereka pun heran dan langsung melihat kearah pojok kantin yang dimaksud. “Gak ada orangkok, ibu ngaco deh ?” ujar Angel tiba-tiba.

“Jangan-jangan hantu lagi yang bayarin makanan kita,” ujar Difa sumringah.

“Siang-siang mana ada hantu sih ? Kebanyakan nonton horror sih,” sahut Rafli.

"Gak juga dek, hantu itu gak liat waktu loh. Dia bisa ada kapan aja, hihihi." Bu kantin menakuti mereka

Seketika muka Marsha terlihat pucat. Dia melihat ada sosok wanita cantik mirip wanita yang ada dalam kamera Cindai, yang melambaikan tangan dan tersenyum manis kearah mereka.

“Sha, lo gak apa-apa?” tanya Cindai khawatir melihat muka Marsha yang pucat.

Marsha hanya memandang Cindai dengan wajah yang tegang. “Gue gak apa-apa, Ndai. Balik yuk, dikit lagi pak Mike masuk,”

“Gue sama Marsha duluan yah ?” ujar Cindai sambil membopong Marsha yang masih sedikit ketakutan. “Oya, Gas, nih kamera jangan lupa lo kasih sama kak Rio yah ?”ujarnya sambil menyerahkan kamera ke Bagas.

**

“Cakka ..” teriak Oik.

Cakka menoleh “ada apa ?”

“Nih ada titipan dari bokap buat lo,” ujar Oik menyerahkan sebuah bungkusan ditangannya.

“Buat gue ?” ujar Cakka heran.

“Gak usah bengong gitu. Lo lupa yah, dulu waktu kita masih SD tiap bokap dinas luar pasti dia gak pernah lupa buat beliin lo sesuatu,” ujar Oik.

Cakka & Oik memang bersahabat dari kecil. Namun, sifat Oik yang makin centil membuat Cakka sedikit ilfeel buat berteman sama Oik.

“Tapi, gue gak bisa ..” ujar Cakka

Oik memotong pembicaraannya. “Gue harap lo mau terima yah ? Kalo lo tolak bokap pasti sedih,”

“Iya, deh.Makasih yah,” ucap Cakka pasrah.

“Gue senang lo mau terima. Btw, gue duluan yah !” ujar Oik kemudian pergi.

“Eheeemmmmm,,”

“Shilla ? Sejak kapan disini ?” ujar Cakka kaget melihat Shilla tengah berdiri disampingnya dengan wajah kusut.

“Gak usah basa-basi deh. Ngapain lo berdua barusan ?” ujar Shilla sinis. “Apa tuh ?”seketika melihat bungkusan ditangan kekasihnya itu.

“Ini ada oleh-oleh dari bokapnya Oik.” Cakka mencoba menjelaskan. Shilla tak menjawab dan masih memasang tampang serius.

“Kamu gak usah cemburuan gitu. Lagian Kamu juga taukan Aku sama Oik itu berteman dari kecil,”

“Terserah lo deh. Capek !” ujar Shilla jutek kemudian pergi.

“Eh, mau kemana sih ? Tungguin ..” teriak Cakka.

“Toilet. Mau ikut lo ?”
Cakka hanya bisa mengelus dadanya. “Sabar Cak ! Punya pacar kayak Shilla tuh lo harus extra sabar.”

**

LapanganBasket.

“Shil, lo masih marah sama gue ?” ujar Cakka mendekati Shilla yang tengah sibuk melatih tim cheers-nya.

“Halo Cakka, kok lo tambah ganteng aja sih ?” celetuk Oik tiba-tiba.

“Halo juga, Oik. Hehe. Thanks yah :)” balas Cakka.

Melihat adegan barusan kemarahan Shilla semakin memuncak. “Kalo mau ngobrol bukan disini tempatnya, sana diluar !” bentak Shilla.

“Dan lo juga,disini tempat latihan cheers, bukan latihan basket. Ato lo mau ikut latihan cheers yah ? Tuh masih ada satu kostum dilemari. Lo biasa ganti sekarang,” ujar Shilla terhadap Cakka.

"sabar kak, sabar." tiba2 Chelsea jbjb percakapan mereka.

"apalagi lo ikut campur ?! gak usah sok kenal deh !" balas Shilla kesal. Chelsea hanya diam dan menunduk karena di bentak Shilla di depan anak anak cheers.

Seketika ruang cheers menjadi seperti pasar. Cakka yang merasa sangat malu diledekin anak-anak cheers hanya bisa pasrah dengan sikap Shilla barusan. “Sialan !" kesal Cakka dalam hati. Lalu pergi meninggalkan ruang cheers.

“Kusut banget muka lo, kenapa ? Masalah Shilla lagi yah ?” celutuk Sivia.

“Temen lo kenapa sih ? Ngambekan melulu kerjaannya. Dasar cewek tukang cemburuan.”

Sivia menjitak kepala Cakka. “Lo ngomong hati-hati yah ? Gak semua cewek kayak gitu!”

“Tapi lo gak usah, jitak kepala gue juga dong, Vi. Sakit tau !” ujar Cakka sambil mengelus-elus kepalanya yang kesakitan itu.

“Kak, ini kamera nya ..” ujar Bagas tiba-tiba.

“Foto-foto yang di villa kemarin yah ? Gue liat dong ..” ujar Sivia

“Sory bro’, gue telat.” Ujar Gabriel ngos-ngosan.

“Kemana lo, lama banget ! Setengah jam kita nungguin lo,” ujar Rio kesal.

“Tadi gue disuruh bu Ira, temenin anak baru itu keliling sekolah,”

“Anak baru ?Sejak kapan ada anak baru disekolah kita ?” ucap Ify tiba-tiba.

“Sejak tadi pagi. Dia kelas X-3. Tapi heran kok bu Ira nyuruh gue yang temenin yah ?” ujar Gabriel mengaru-garuk kepalanya.

“Yaelah lo,disuruh temenin anak baru kayak disuruh angkat karung beras 50kg aja deh, sampe ngos-ngosan gitu ..” seru Cakka.

“Eh, Cak.! Lo inget gak sama cewek yang bernama Zahra di villa itu ..?

“Inget ! Kenapa dia ? Lo masih berhubungan sama dia yah ?”

“Zahra siapasih ? Kok kita gak tau ? Lo selingkuh baru lo yah ?” ujar Sivia tiba-tiba.

“Honey, sejak kapan disini ? Bukannya kemaren lo bilang kita pu ..” ujar Gabriel kaget.

Sivia memotong pembicaraan. “Sejak lo, belum ada disini ! Nyebelin banget sih lo ..”

“Via,dengerin gue dulu donk. Gue bisa jelasin kok. Zahra itu cuma orang yang tabrakan sama gue pas di villa. Dia bukan siapa-siapa gue kok ..”

“Tapi kenapa lo gak pernah cerita sama gue. Hah ? Oh, jangan-jangan dia yah yang ngirim surat ke lo ?”

“Karena gue belum sempat ..” ujar Gabriel mengaruk-garuk kepalanya.

“Udah akh capek. Mau pulang nyesel gue nungguin lo disini tapi kelakukan lo kayak gini. Lo emang gak pernah berubah. Mulai sekarang kita putus. P-U-T-U-S !!!” tegas Sivia dan kemudian berlalu.

“Oke kalo itu mau lo ! Kita PUTUS !” teriak Gabriel.

“Rio, gue pulang bareng Via yah ?” pamit Ify. Dia merasa tak tega langsung mengerjar Sivia. “Siviaaaaa, tungguin gue ..” teriaknya.

**

Suasana rumah Cindai tampak seperti biasa, tidak banyak hiruk-pikuk. Maklum, penghuni rumah kami hanya beberapa orang. Papa hampir tidak pernah pulang dari rumah sakit dibawah jam tujuh malam. Mungkin karena Papa sepulang langsung lanjut ke tempa tprakteknya. Walau tidak sesibuk Papa, Mama juga bekerja. Hanya saja jam kerjanya lebih fleksibel. Selain menjadi seorang arsitek ternama yang siap menerima job mendesain bangunan dimana-mana, mungkin karena Mama mendirikan usaha sendiri bersama teman-temannya. Bisnis tas, bahkan ada took onlineshop-nya juga yang dikelola secara professional.

Kamar orangtua Cindai letaknya paling depan. Jadi, bisa mendengar kalau ada yang membuka pintu pagar. Seperti saat itu. Setelah suara dibuka, ada suara langkah kakiyang sudah sangat dikenalnya. Langkah kaki Rio.

Cindai melihat kearah jam dan mengernyit melihat angka yang tertera di sana. Jam sebelas kurang lima menit. Dia menyibak gorden sedikit, mengintip keluar.Benar, memang kakaknya.

Cindai segera keluar dari kamarnya dan mendapati wajah lelah Rio.

“Kak, kok malam begini pulangnya ?” selidiknya.

“Naila malah melemparkan tubuhnya ke atas sofa empuk di ruang depan. Kakinya diselonjorkan,matanya terpejam.

“Gara-gara pak Dave nih, makanya kita pulang sampe selarut ini. Belum lagi lanjut kerja tugas di rumah Cakka”

“Bagas berarti pulang jam segini juga dong, kak ?” tanya Cindai mulai khawatir.

“Nggak usah khawatir gitu adikku sayang. Tadi kita pulangnya jam tujuh kok. Cuma gue lanjut kerja tugas dirumah Cakka.”

Cindai menarik nafas lega. Setidaknya, dia cukup tau kalo kekasihnya itu tak pulang selarut ini.

“Lo kok belum tidur ? Nggak mungkin lagi nungguin gue kan ?” ujar Rio mengagetkan.

Cindai terbahak. “Ngapain juga nungguin kakak. Udah tua ini. Nggak perlu kuatir bakalan kesasar.”

“Lo tidur dikamar mama yah ?”

“Gue takut sendirian di atas, makanya gue pindah dikamar mama,“

“Mama sama Papa masih belum pulang juga ?”

Cindai hanya mengangguk. “Gue tidur dulu ya ? pamit Cindai sambil bangkit dari tempat duduknya.

**

Cindai mengigau terus sepanjang malam. Panasnya tinggi sekali, namun dia menggigil. Dia menceracau tak jelas. Yang aneh, dia selalu spontan menutupi wajahnya dengan bantal seperti orang ketakutan. Mama dan Papa serta Rio hanya kebingunggan melihat tingkahnya yang belakangan ini kayak orang kesurupan.

“Ndai, bangun nak ! Kamu kenapa lagi sih ? Siapa wanita bergaun putih itu ?”

Cindai membuka pelan matanya. Dia langsung memeluk Mamanya. “Cindai takut, Ma. Wanita itu mengikuti aku terus sampai kerumah,”

“Yah ampun,nak. Suhu badanmu tinggi sekali. Hari ini kamu gak usah sekolah dulu yah. Mama takut kamu tiba-tiba pingsan di sekolah” ujar Mama khawatir ketika mengetahui suhu tubuh anaknya panas sekali.

Cindai hanya mengangguk pelan

“Sekarang kamu istirahat dulu, Mama akan menelpon ke sekolah kamu.”

**

“Cindai mana ?” ujar Bagas yang tiba-tiba tengah berada dikelas X1.

“Ya Tuhan, lo pacarnya Cindai apa bukan sih ? Masa Cindai sakit lo gak tau ?” celutuk Marsha geleng-geleng kepala.

“Hah ? Sakit apa dia ? Semalam gue bbm’an sama dia, baik-baik aja kok,”

“Gak ngerti deh gue, yang jelas tadi kata bu Ira, Mamanya telpon ke sekolah katanya dia hari ini gak bisa sekolah ..”

“Oh, thank’s yah infonya ..” ujar Bagas lalu pergi.

“Eh, lo mau kemana ? Ntar pulang sekolah gue sama Angel mau jenguk dia. Mau ikutan gak,?”

“Hmmmm, liat nanti deh .. Gue ada latihan basket persiapan untuk turnamen sekolah, kalo gue gak sempat jenguk, salamin aja .. Ntar gue telpon dia,”

“Bagas aneh yah .. masa pacarnya sakit gak ada niat untuk jenguk sih ?” timbal Angel.

“Tau tuh ..”

“Hai, gue boleh gabung sini gak ?” ucap seseorang tiba-tiba duduk tepat di samping Angel.

“Boleh kok, silahkan ..”

“Makasih yah. Oya, gue Zahra anak XI-3. Kalian siapa ?” ucap wanita yang ternyata benama Zahra itu sambil mengulurkan tangannya.

Angel pun membalas uluran tangannya. “Halo kak. Gue Angel. Gue kelas X3, dan ini temen gue Marsha dia kelas X1. Sekaligus ketua mading di SMA ICIL ini,”

“Oh, senang berkenalan dengan kalian,”

“Sha, kenalin nih kak Zahra,” ujar Angel mencolek Marsha yang tengah sibuk sama Ipad-nya.

“Gue Marsha..” Clek. Marsha kaget melihat orang yang tepat berada didepannya itu. Mukanya yang pucat dan keringat dingin masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Halo, Marsha..”

“Hh .. aaa .. looo .. jugaa ..” ucap Marsha terbata-bata langsung menunduk pura-pura memainkan Ipad-nya.

“Temen lo yang satu mana ?” sambung Zahra.

“Oh, Cindai kak. Dia hari ini gak masuk. Dia lagi sakit.”

“Ngel. Gue keruang mading dulu yah, ada hal yang harus gue kerjakan. Pulang sekolah kita ketemu di tempat biasa.” Ujar Marsha panik. Berusaha menghindari mereka.

**

Di kelas.Marsha masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Yup. Kak Zahra. “Ah.. Wajahnya persis banget sama wajah yang ada di dalam kamera Cindai. Dan dia orang yang gue liat di kantin yang membayar semua makanan kita. Kak Zahra itu sebenarnya siapa sih ?” gerutunya dalam hati. “Plis, Marsha. Gak usah mikirin hal yang aneh-aneh deh !”. Tiba-tiba otaknya berhenti mikir karena ada new bbm.Dari Angel.

Angel : R maaf yaa,hari ini gue gak bisa ikut lo jengukin Cindai : (
Marsha : R gaksetia kawan banget sih lo ? Huh.
Angel : R gue pengen banget tau ga ? tapi nyokap gue keburu jemput gue, gimana donk ?
Marsha : R yaudahdeh terserah lo !
Angel : R janganmarah yah ? gue bener-bener minta maaf : (
Marsha : R iya : )
Angel : R thankyou, sayang :*
Marsha : R apaansih lo -__-

“Angel nyebelin banget sih ! Jadinya gue panas-panas nungguin angkot kayak gini. Demi lo, Ndai. Gue rela panas-panasan gini ..” gerutu Marsha dalam hari berharap ada malaikat penolong yang siap mengantarkannya ke rumah Cindai.

Tiiiiinn .. tiiin..

Bunyi suara klakson mobil. Honda jazz biru yang tiba-tiba berhenti di depan Marsha.

“Haii cupu,panas yah ? Duh, kasian banget sih lo. Makanya donk beli mobil biar gak kepanasan. Oya, gue lupa. Lo kan anak orang miskin yang gak mampu beli barang-barang mewah. Jangankan untuk membeli mobil. Beli sepeda aja gak mampu,” ucap Chelsea

“Siaaaaalll !Kenapa disaat yang seperti ini gue harus ketemu trio ganjen ini sih ? Huh. ”ujarnya dalam hati.

“Pergi lo semua. !” ujar Rio tiba-tiba.

Lalu Chelsea Cs berlalu meninggalkan mereka.

“Marsha, lo ngapain disini ?” tanya Ify ramah.

“Gue lagi nungguin angkot, kak. Aku mau kerumah Cindai jengukin dia. Angel ada pemotretan mendadak. Jadi terpaksa aku  jenguknya sendiri,”

“Oh, Cindai emang sakit apa, Rio ?”

“Tuh anak emang suka ngiggo aneh-aneh tiap hari. Cuma tadi pagi suhu badannya tiba-tiba tinggi makanya Mama gak izinin dia sekolah” ujar Rio menjelaskan.

“Yaudah, lo ikut kita aja, Sha sekalian. Nanti kita singgah di supermarket sebentar beliin Cindai sesuatu. Yuk !” ajak Ify

“Makasih kak,”

**

“Siang, Ma..” ujar Rio mencium tangan Mamanya.

“Siang tante,aku Marsha temannya Cindai” ujar Masha mengulurkan tangannya.

“Oh, nak Marsha. Silahkan masuk. Kamar Cindai ada di atas. Kamu boleh langsung naik kok. Dia pasti seneng banget kamu datang,”

“makasih tante. Marsha permisi naik ke atas yah,” pamit Marsha sopan.

“silahkan nak. Anggap aja rumah sendiri.”

**

Marsha mulai memasuki kamar Cindai dengan mengendap-endap. Seakan tak ingin membangunkan seseorang yang sedang tidur. Tanpa lama2 ia langsung meletakan tasnya kesebuah kursi yang terletak di meja belajar dan membaringkan tubuhnya tepat disebelah sang pemilik kamar.

“Kasihan banget sih lo, Ndai” ujarnya tersenyum melihat sahabatnya itu yang masih pucat sedang tertidur pulas. Ia pun tak tega membangunkannya. Membaca novel adalah jalan satu-satunya sambil menunggu Cindai bangun.

Drrrtt ..Drttt .. Sebuah getaran tepat disamping kepalanya. Dengan sigap ia mengambil handphone Cindai yang telah berdering dari tadi. Tertera sebuah nama.

“BagasRDS Incomming Call ..”

“Telpon dari Bagas ? Angkat gak yah ? Tapi ntar Cindai-nya marah lagi sama gue,” ujarnya sedikit ragu. “Duh, tapi kasihan juga sih .. Yaudah gue angkat aja telponnya”

Marsha: Halo
Bagas : Marsha ? Ngapain lo angkat handpone-nya Cindai ? Buruan kasih handphone-nya ..
Marsha : Duh,gak usah ceramah gitu deh lo-nya. Cindai-nya lagi tidur. Gue gak tega bangunin dia ..
Bagas : Hah,lagi tidur ? Pantesan bbm, sms, telpon gue gak di respon dari tadi.
Marsha : Mau gue bangunin gak ?
Bagas : Iya,eh .. gak usah deh .. gak tega gue .. kalo dia udah bangun, bilang aja tadi gue telpon
Marsha : Okedeh.
Bagas : Udah dulu yah, Sha. Jagain pacar gue baik-baik. Awas lo !
Marsha : Rese lu .. *langsung mematikan handphonenya*

“Telpon dari siapa, Sha ?” ujar Cindai dengan suara sedikit parau.

“Eh, Ndai lo uda bangun ? Nih pacar lo barusan telpon,”ujar Marsha menyodorkan handphone kearah Cindai.

“Oh. Lo dari tadi, Sha ? Kenapa gak bangunin gue aja ?”

“Lumayan. Baru sekitaran 30 menit yang lalu. Gue gak tega bangunin lo.”

“Terserah. Gimana tadi disekolah ? Lo pasti kesepian gak ada gue, kan ?

“Dihh, lagi sakit masih aja pe-de lo. Cuma tadi ada hal buruk aja, Ndai. Gue masih shock sama kejadian tadi”

“kejadian apa sih ? Cerita ke gue !” mata Cindai melotot memandang Marsha.

“Gak usah melotot juga sih lo-nya ..” ucap marsha terkejut

**

“Eh, bro’ liat deh .. Inikan Zahra.” ujar Cakka sembari menunjukkan gambar seorang wanita dalam kamera kepada Gabriel.

“Eh iya bener. Ini Zahra anak baru itu,” tambah Gabriel.

“Yang mana sih kak ? Penasaran deh ..” tambah Rafli,kemudian mendekat kearah Gabriel dan Cakka.

“Hah ?” mata terbelakak.

“Kenapa lo ? Kayak kesambet aja,” ledek Bagas kebingungan dengan ekspresi Rafli.

“Inikan cewek yang dimaksud Marsha. Itu loh yang waktu itu kita bahas dikantin,”

“Mana, coba gue liat mukanya ..” sambung Difa langsung mengambil kamera di tangan Rafli. “Astaga ! Bener gak salah lagi. Tapi dia siapa yah ?Emangnya waktu kita foto-foto dia ada yah ?” ujarnya panjang lebar.

“Kakak kenal sama cewek yang namanya Zahra ?” ujar Bagas kepada Gabriel.

“Gue sebenarnya gak tau siapa dia. Waktu di villa pas gue sama Cakka lagi di taman gak sengaja gue nabrak dia. Yah, kita cuma kenalan biasa, tukaran nomor hp juga enggak. Cuma yang gue ingat dia anak tukang kebun di villa tempat kita menginap,” ujar Gabriel panjang lebar.

“Anak tukang kebun ?” tanya Rio. Gabriel hanya mengangguk.

“Tadi lo bilang dia sekolah disini kan, kelas berapa ?”ujar Rio.

“Katanya sih kelas XI-3” ujar Gabriel.

“Penasaran gue yang mana sih mukanya,” ujar Cakka.

“By the way, soal surat itu gimana ? Lo udah tau siapa pengirimnya ?” seru Cakka.

“Surat ? Lo berdua sejak kapan punya rahasia yang gue gaktau ?” tambah Rio sinis.

Cakka menepuk pundak Rio. “Tenang bro, tadi pagi lo belum datang makanya kita belum sempat cerita sama lo,”

“Iya, dan gara-gara surat gak jelas itu, Sivia ngamuk sama gue. Pake acara minta putus segala. Huh !” ujar Gabriel lesu.

“Sivia marah sama lo cuma gara-gara surat doank ?” ujarRio tertawa.

“Sialan lo.  Emang kalo lo dapat surat dari orang trus isinya kata-kata romantic gitu, si Ify gak cemburuan apa ?” ujar Gabriel sewot.

“Ify sih sepenuhnya percaya sama gue. Buktinya hubungan kita sampai sekarang baik-baik aja, kan? Gak kayak lo berdua tuh dikit-dikit berantem, trus baikan, Huh ..” ledek Rio. “Emang siapa sih yang kirim lo surat ?”

“Gue juga gak tau siapa.” ujar Gabriel sambil mengambil surat tersebut di dalam tasnya. Dan memberikannya kepada Rio. “Nih suratnya,baca aja sendiri.”

Rio mengambil surat itu dan membacanya. “Duh, romatis bener kata-katanya. Ify aja gak penah ngasih gue kata-kata romantis gini.”

“Lo kayak gak tau Gabriel aja. Dia kan playboy. Fansnya dimana-mana” ledek Cakka

“Sialan lo,” ujar Gabriel menjitak kepala Cakka.

“Eh, lihat deh .. Di surat ini dia gak mencantumkan nama pengirimnya. Tapi dia hanya memberikan inisialnya aja. Z ? Z siapa ?” ujar Rio bingung.

“Inisialnya Z ? Z itu bukan Zahra, kan ?” seru Bagas.

“Iya bener. Zahra !” tambah Rio

Gabriel menatap Rio heran. “Zahra ???”

"Kebetulan aja kali, emang nama yg inisialnya Z cuma Zahra?" timpa Cakka.

"Tapi kenapa semuanya mengarah pada Zahra." balas Gabriel.

Seketika semua yang ada disitu diam seribu bahasa.


Next Part >> 
Diposting oleh Unknown di 10.30 0 komentar
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod