Jam
menunjukkan pukul 00.00 WIB dini hari. Cindai melangkahkan kakinya
menuju ke dapur untuk mengambil segelas air. Tetapi saat dia sudah
sampai di dapur.Dia melihat seorang wanita seperti sedang memasak.
"Mama
? Ah .. Bukan. Eh masa sih ?” tanya Cindai kepada orang tersebut namun
tak ada respon. “Ma, mama kok tumben masak jam segini ? Emang besok mama
berangkat pagi-pagi lagi, sampai rela bikin sarapan untuk kita jam
segini ?" ucap Cindai penasaran sambil berjalan kearahdapur.
“Cindai ..” ucap seseorang sambil menepuk bahu Cindai.
“mama .. ngagetin aja sih ..” ucap Cindai kaget dan mengentikan langkahnya.
“Kamu ngapain di dapur jam segini ? Ayo tidur sana. Besok kamu harus sekolah”
“Mama
sendiri ngapain disini ? masa masak jam segini sih ?” ucapnya yang
masih mengira bahwa orang yang dari tadi dilihatnya itu adalah mamanya.
“Cindai,jangan berhalusinasi deh … Mama tuh bangun karna mendengar suara kamu panggil-panggil nama mama ..” ucap Rini heran.
“Tapi ma …tadi aku lihat mama lagi masak … Masak aku ngomong sendirian sih ?”
“tuh
gak ada siapa-siapakan ?” ucap Rini sambil memperlihatkan seisi ruang
makan dan dapur yang bersebelahan kepada putri tercintanya yang memang
tak ada siapapun kecualidirinya dan Cindai. Cindai hanya terdiam.Masih
bingung dengan apa yang baru dilihatnya.
“sekarang
kamu tidur yah sayang ? jangan berhalusinasi lagi .. mama takut kamu
kenapa-kenapa ..” ucap Rini sambil memegang kedua pipi anaknya itu.
Cindai hanya mengangguk dan langsung meninggalkan mamanya.
*
Kejadian
aneh yang sama pun terjadi dirumah Bagas ketika Ia sedang sibuk
membereskan buku-bukunya. Tiba-tiba dia kaget melihat bayangan yang
lewat di jendela kamarnya. Tetapi Ia tak mengiraukan itu.
“apaan
sih itu ? ngagetin aja .. bodoh ah, mending tidur ..” ucap Bagas sambil
mengarahkan kakinya ke jendela namun Ia tak melihat apapun.
*
"Ma, Pa.. Rio berangkat dulu yah ..." pamit Rio pada orang tuanya sambil salim dan mencium pipi orang tuanya.
"Duluan yah anak manja .." ledek Rio pada Cindai. Cindai hanya diam saja.
“kenapa
lo ?” tanya Rio heran dengan merasa aneh dengan sikap adeknya yang
berbeda. Namun,tak ingin berdebat Rio pun berlalu meninggalkan mereka
dan bergegas menuju mobil.
“sayang,
kamu gak apa-apakan ?” tanya Rini yang melihat Cindai yang dari tadi
melamun. Cindai hanya menggeleng. Sementara tangannya sibuk memainkan
handphonenya.
“ma, pa .. kayaknya Bagas udah di depan tuh … aku berangkat sekolah dulu yah ..” ucapnya dan mencium kedua pipi orang tuanya.
"Hati-hati yah sayang." ucap mama, sambil mencium kedua pipi Cindai.
*
Di perjalanan di dalam mobil
"Kamu
kenapa sayang ? kok daritadi diem aja ? Ada masalah ?" tanya Bagas
bingung dan khawatir melihat Cindai yang tidak seperti biasanya. Cindai
hanya menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa ? Jangan bikin kepo dong .." balas Bagas. Cindai melihat ke arah Bagas dengan tatapan dingin.
"Cin … ?? kamu gak apa-apa ? aneh banget sih ..." Bagas makin bingung melihat tingkah Cindai
"Gakapa-apa …!!" balas Cindai dengan nada sedikit kasar
"Chubbykuuuu .. Jangan bercanda dong .. Aku takut tau .." Bagas jadi takut karena sikap Cindai
"Maaf sayang. Tapi aku benar gak papa kok. Nanti aku cerita di sekolah aja ya ?"balas Cindai kembali normal.
**
Dikantin sekolah.
"Cindaaaaaaaii ..
Besok bawa camera yang waktu itu kita pake buat foto-foto di Villa. Gue
mau liat hasil-hasilnya.. Oke?" ucap Marsha
"Iya .." balas Cindai
"Lo
kenapa sih, Ndai ? Gak kayak biasanya deh .. Dari tadi kalo ada yang
tanya jawaban lo singkat banget …" sambung Angel yang heran dengan
Cindai yang berbeda.
"Ah perasaan lo aja. Gue cuma gak enak badan aja kok .." balas Cindai dengan senyum dipaksa.
"Kalo kamu sakit, ngapain masuk sekolah sih ?" ucap Bagas
"Gakpapa. Lagian kalo dirumah, aku takut .." balas Cindai dengan wajah yang kusut.
"Oh
ya tadi katanya kamu mau cerita sesuatu ? apaan sih ?" tanya Bagas
penasaran. Cindai masih terdiam. Antara bingung mau cerita atau enggak.
“Ndai,
kalo lo ada masalah cerita donk ke kita. Kita kan sahabat lo, masa lo
gak percaya sih sama kita ?” ucap Marsha. Yang lain hanya mengangguk.
"Teman-teman...
Semenjak dari villa itu gue jadi suka mimpi dan melihat hal-hal seram.
Gue takut .. Gue rasa kita diikuti hantu villa itu .." ucap Cindai
dengan wajah ketakutan dan butir-butir air mata telah membasahi pipinya
itu.
"Tenang
Chubby ku. Kita selalu ada buat kamu." ucap Bagas meyakinkan sambil
menghapus air mata yang membasahi pipi kekasihnya itu.
"Iya Cin, tenang aja. Selama ada kita lo akan baik-baik aja kok .." tambah Marsha.
"tapi gue takut di rumah. Gue selalu di ganggu di rumah .." ucap Cindai lirih.
Bagas
lalu merangkul Cindai. "itu cuma berhalusinasi aja, sayang. Makanya
kalo melakukan sesuatu harus selalu berdoa dulu. Terutama sebelum bobo.
Lagian dirumah ada mama sama papa, masih ada kak Rio juga .." ucap Bagas
menenangkan Cindai.
"Iya,aku akan lebih sering berdoa. Mungkin gara-gara aku lupa berdoa. Jadi seringliat yang aneh-aneh." ucap Cindai lega.
Sebenarnya
Bagas, Difa, Rafli, Angel dan Marsha juga merasakan hal yang sama
dengan Cindai. Mereka sering bermimpi yang aneh-aneh. Tetapi melihat
kondisi Cindai seperti itu, mereka masih belum mau untuk menceritakan yg
dialami mereka.
*
Pagi
yang cerah. Matahari yang sangat terik yang menyilaukan mata, terlihat
di celah tirai kamar. Hari itu hari Sabtu. Seperti biasa, Bagas gak
pernah absen untuk mengajak kekasihnya itu berdua walau hanya sekedar
nonton atau nongkrong di kafe langganan mereka. Ia segera beranjak dari
tempat tidurnya. Namun saat dia berdiri, ia seperti menginjak sesuatu.
Lalu bagas menoleh pada melihat ke arah kakinya. Ada setangkai bunga
mawar yang terinjak oleh Bagas. Lalu Bagas mengambil bunga itu.
“Kok
ada bunga sih ? Iseng banget yang naruh .. Huh .." batinnya berbicara
sendiri.Tanpa pikir panjang dan keinginan untuk tau siapa pengirim bunga
misteri itu,ia langsung membuang bunga itu ke tempat sampah yang ada di
samping mejabelajarnya dan segera menuju ke kamar mandi dengan mata
yang sedikit mengantuk.
*dukkk*
"Aduh
..Siapa sih yang naruh pintu ini disini ?" ucap Bagas kesal sambil
mengelus-elus keningnya karna sakit. Setelah mandi ia siap-siap untuk
menjemput Cindai.
"Gas,ayo makan dulu nak .." terdengar suara Nania memanggil namanya.
"Iya, ma.." balasnya yang masih sibuk BBM-an dengan Cindai. Dan bergegas menuju ruang makan.
“pagi ma ..”ucapnya sambil duduk dimeja makan.
di BBM...
"Chindai Gloria"
Status: Otw withcowo bawel:p{}
Bagas: R Sayang..Tunggu ya, aku makan dulu..! :)
Cindai: R Iyasyg :) makan yg byk ya
Bagas: R Iya Chubbyku..! >:O :p <3
Bagas
segera menghabiskan makan nya dengan tergesa-gesa. Setelah makan. Bagas
pamit pada mamanya. Dan segera ke mobil untuk menjemput Cindai. "Ma,
Bagas pergi dulu yah .."
"Hati-hati yah nak .." balas mama.
**
TOK .. TOK ..!!
“Siapa sih ? Tunggu yah sebentar ..” ucap suara dari dalam rumah dan sedikit berlari menuju pintu.
Bagas
hanya tediam melihat sesosok wanita manis yang tepat berdiri
didepannya. Yuph.Cindai. Hari ini ia telihat sangat manis dengan
dandanannya itu dan dress pink yang membungkus tubuhnya itu. Bagas hanya
terdiam sambil senyum-senyum terpesona melihat Cindai.
"Heh, kok
malah bengong sih !" ucap Cindai sambil melambaikan tangannya diwajah
Bagas yang dari tadi masih belum mengeluarkan satu kata pun.
"Iya .. iya .. Abis kamu manis banget sih .." Bagas hanya menggaruk-garuk kepalanya dan tertawa kecil.
"Gue emang manis kali .. baru sadar yah mas ?" ledek Cindai
"Pede lu .." ledek Bagas tak mau kalah
"Suka-suka gue .. wekkk .."
Bagas hanya tertawa melihat Cindai dan langsung merangkul Cindai. Mereka bergegas menuju mobil dan pergi.
**
Bagas yang sedang menyetir mobil memulai pembicaraan. "Kita mau kemana nih ?"
"Bioskop yuk ?" ajak cindai
"Bosan ah .."
"Terus kemana dong. Tadi nanya aku mau kemana, giliran dijawab, malah gamau .." jawab Cindai sedikit badmood
"iya juga ya .. " balas Bagas tertawa.
“ikut aku yah ? aku mau tunjukin kamu sesuatu ..” ajak Bagas. Cindai hanya mengangguk setuju.
Cukup
memakan waktu yang sangat lama mereka pun tiba ditempat tujuan. Sebuah
danau indah dan hening. Sesekali hanya terdengar suara kicauan
burung-burung yang menari-naridi langit. Hanya terlihat beberapa orang
yang sedang asyik menikmati suasana sekitaran danau.
“wahh
.. danaunya indah bangett ..” ucap Cindai ketika membuka pintu mobil. Ia
pun segera turun dari mobil dan berlari menuju pinggiran danau
tersebut. Ia sangat menikmati suasana tersebut sambil menari-nari riang
dipinggiran danau dan memainkan air danau.
“oya, kenapa sih kamu ajak aku kesini ?”
"biar romantis kali .." balas Bagas dengan senyum manis
"emang harus yah di danau ?" tanya Cindai. Bagas hanya tesenyum dan terus memandanginya.
"terserah deh .."
Mereka begitu sangat asyik menikmati pemandangan sekitar danau.
“Ndai, naik itu yuk ?” ucap Bagas menunjuk kearah sebuah perahu kecil yang berada dipinggiran danau.
“tapi
kan .. aku ..” jawab Cindai panik. Cindai memang sangat takut klo
disuruh melakukan apapun yang berhubungan dengan air. Bukan berarti dia
takut sama air tapi karna dia gak bisa berenang :D
“aku
gak bisa berenang ? makanya kamu takut kalo tiba-tiba perahu itu
terbalik terus kita tenggelam ?” ujar Bagas memotong pembicaraan Cindai.
Cindai hanya memasang tampang cemberut.
“Cindai
.. Cindai .. belum naik aja, muka udah kusut gitu ? Tenang kan ada aku
yang siap menolongmu kapanpun .. gini-gini aku pernah juara renang
tingkat provinsi zamanSD dulu ..” ujar Bagas tertawa melihat tampang
kusut Cindai yang mukanya udah kayak orang abis kesambet setan.
“apaan sih .. gak lucu ..” ujar Cindai
“udah
ah .. yuk ! Gak usah parno gitu ...” ujar Bagas meyakinkan dan dia
langsung menarik tangan Cindai menuju tempat dimana perahu tersebut.
Cindai hanya bisa pasrah menghadapi sikap pacarnya itu.
Cuaca sekitaran danau emang agak sedikit adem. Gak panas, gak hujan sehingga membuat mereka begitu sangat menikmati.
“ikhh
.. Bagas apaan sih ? Jadi basahkan bajuku ..” ujar Cindai sedikit kaget
karna Bagas tiba-tiba saja menyiprat Cindai dengan air danau.
“emang
cuma kamu aja ? nih rasain ..” ujar Cindai tak mau kalah. Dia juga
menyiprat Bagas dengan air. Mereka masih terus bercanda dan tertawa
bersama air danau yang jernih, sambil menyusuri daerah sekitar danau
tersebut dengan perahu mungil itu.
Cindai
terdiam sejenak ketika pandangannya tertuju pada sebuah gaun putih
lusuh yang terambang di atas air yang mendekat ke arah perahu mereka.
Bagas mengentikan perahunya ketika melihat orang yang didepannya itu sedikit ketakutan dan mukanya mulai pucat. “whathappen honey ?”
Cindai
menggeleng. Dia masih terdiam dan terus memandang kearah benda diatas
air yang letaknya tak jauh dari perahu yang mereka naiki.
“kita
pulangyah sayang ? aku takut sesuatu hal yang buruk terjadi sama kamu “
sambung Bagas yang mulai panik. Dia pun mendayung perahu dengan sekuat
tenaga kembali kepinggir.
Mereka
kini sudah berada didalam mobil dan siap untuk kembali kerumah. Namun
Cindai, dia masih tetap terdiam dan masih tak mau berbicara apapun.
"kamu memikirkan apa yang aku pikirin gak ?" ujar Cindai tiba-tiba.
Bagas menghentikan mobil. Ia begitu kaget mendengar pertanyaan Cindai. "maksudnya?"
"gak apa apa, lupakan aja .."
Dengan
otak yang masih terus berputar, Bagas mengantarkan Cindai pulang. Tak
seperti biasa,melihat keadaan Cindai seperti orang shock kali ini Bagas
hanya diam dan takmau banyak berbicara. Dia masih terus memikirkan
perkataan Cindai barusan.
**
Di
tempatlain. Rio, Ify, Cakka, Shilla, Sivia & Gabriel sedang date
bersama kebioskop. Sambil mereka menunggu giliran masuk ke studio.
Mereka mengobrol dan membahas tentang liburan mereka
"Gimana nih, liburan kita ? gue pengennya nginep. Gak mau kayak gini. Bosen!" seruSivia
"Iya gue juga bosen .." tambah Shilla
"Kalo ada aku gak akan bosen kok " ucap Cakka sambil merangkul Shilla
"iya, tapi kalo gini terus gue bosen" balas Shilla sambil melepas tangan Cakka
"Cieeeeee .." ucap mereka kompak. Cakka dan Shilla menjadi salting.
"Ke villa lagi aja yuk ?" usul Ify
"emang kamu gak takut hantu ?" tanya Rio
Ify hanya tersenyum. "justru kalo kita takut bukannya mereka malah seneng yah ? Lagi pula kita punya TUHAN “
"Cieee ibu haji." goda Gabriel. Ify hanya diam mendengar ocehan Gabriel.
"Hmmmmm,gue mah ikut bebeb gue aja." ucap gabriel
"Iya gue juga ikut kalian aja deh." balas Cakka
"eh
tapi gausah ajak anak-anak manja yah ?" ucap Rio menyinggung adeknya.
Lalu mereka sepakat untuk berlibur ke villa lagi tanpa Cindai dan
kawan-kawannya.
**
Malam
harinya, Bagas merasa sangat gelisah seperti ada sesuatu yang salah.
Semua hal yang terjadi belakangan ini: bunga mawar aneh dikamarnya,
wanita berparas cantik yang selalu menghantui tidurnya,ditambah
kejadian-kejadian aneh yang dialami beberapa teman-temannya.
“Apa
ada hubungannya dengan hantu villa itu yah,” gumamnya dalam hati. “Ah
.. jangan mikir yang aneh-aneh deh .. Kebanyakan nonton horror jadinya
gini deh ..”pikirnya sambil memukul-mukul kepalanya.
Clek.
Seperti suara pintu yang dipaksa dibuka. Seketika lamunannya terhenti.
“siapa ? tunggu sebentar,” ujarnya dan bergegas membuka pintu kamarnya
yang memang sengaja dikunci.
Dia pun kaget melihat tak ada satupun orang didepan pintu kamarnya. “loh, kok, gak ada orangsih ?”
“bi, ..”suaranya memanggil bi Ina, pembantu rumah tangga mereka.
“Den
Bagas, manggil bibi ? Maaf bibi lagi temenin non Cindy belajar di
kamar,” ujar bi Ina datang tergesa-gesa seperti orang yang tak bisa di
ganggu.
“bibi dikamar Cindy ? Terus mama & papa udah pulang belum ?”
“Tuan sama nyonya barusan telpon, katanya hari ini mereka pulang tengah malam. Ada apa kok tumben nyari tuan & nyonya ?”
Bagas terdiam “terus siapa yang mencoba membuka pintu kamar gue barusan ?” pikirnya yang udah menerawang kemana-mana.
“Den Bagas ? Den Bagas, gapapa, kan ?” ujar bi Ina memecah lamunan Bagas.
“Eh
.. Enggak kok bi, bibi balik ke kamar Cindy aja, kasihan dia sendirian
di kamar, makasihyah bi,? Ujar Bagas lalu menutup pintu kamarnya.
“lagi-lagi kejadian aneh ini, .. gak bisa dibiarkan. Aku harus cari tau !” ucapnya kesal, lalu segera tidur.
**
Pagi
itu ketika kelas masih sepi, Gabriel mendapati dikolong mejanya
tergeletak sepucuk surat dan setangkai bunga mawar di atasnya. Sebuah
surat cinta.
Everybody loves you because you are handsome.
But for me, you are more than handsome. you are so special. I love you.
Kamu
adalah seseorang yang berbeda dari pria yang lainnya. Kamu sangat baik,
sederhana, lucu, tetapi aku tidak tahu alasan mengapa aku mencintaimu.
Cinta itu tak harus memiliki alasan kan? Kalau Cinta beralasan berarti
itu bukan Cinta, tetapi hanya sekedar kagum. Hingga saat itu aku melihat
kamu bermesraan dengan wanita lain. Membuat hatiku sakit. Remuk.
Hancur. Aku tak tau lagi harus berbuat apa. Sayang, kamu kemana ? Kamu
mau kan bersama denganku lagi seperti dahulu ?
I Love You.
Dari aku yang sangat mencintaimu. -Z-
“Z ? Siapa yah ?” tanya Gabriel dalam hati, tak menyadari ada yang dari tadi memperhatikannya dari balik jendela luar kelas.
“Gab, lo kenapa sih ?” tanya Cakka memecah lamunan Gabriel.
“Nih,
ada yang ngirim surat ke gue, inisialnya Z, tapi gue gak tau siapa,”
balasnya sambil menunjukan surat tersebut kepada Cakka.
“Hmmmmm, makanya lo jangan ganjen sama cewek-cewek.” Ledek Cakka
“sialan lo,” balas Gabriel menyikut Cakka.
“udah deh, simpan nih surat. Kita bahas sama Rio saat latihan, sebelum Sivia tau tamat lo,”
“Lo bener juga yah, thanks sob,!” ujar Gabriel kemudian menyembunyikan surat itu.
“Hai,
Sivia.. Si Gabriel, dapat surat cinta tuh ?” ucap seseorang ketika
melihat Sivia& Shilla yang tengah masuk untuk menemui pujaan hati
mereka.
Sivia mengangkat satu alis nya, melihat ke arah Gabriel. Merasa ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya itu.
“Lo percaya sama mereka,?” ujar Gabriel memegang kedua bahu Sivia. Mencoba meyakinkan kalo gak ada apa-apa.
Sivia memandang tajam Gabriel dengan wajah yang sangat marah. “Kita putus !”. Kemudian pergi meninggalkan mereka.
Shila dan Cakka hanya memperhatikan mereka dengan tampang yang cengo.
“Sivia, kok putus sih ?” teriak Gabriel lalu mengejar Sivia.
**
Brakk !
“auwww, kalo jalan hati-hati dong, pake mata bukan pake dengkul. Sakit nih tangan gue,” ucap Shilla.
“Eh, maaf yah? Kamu gak apa-apa ?” ucapnya membantu Shilla berdiri.
Shilla menatap sosok orang di depannya dengan heran. “Iya, gue gapapa kok. Siapa lo ?Anak baru yah ?”
“Haloo
.. Kenalin gue Zahra Damariva. Lo bisa panggil gue Zahra. Gue anak baru
disini. Gue kelas XI-3. Lo pasti Shilla yah, ketua tim cheers SMA ICIL
?”
“Iya, kok lo tau nama gue ? Kita kan belum pernah kenalan ? Lo dukun yah, bisa ngeramal ?”
Zahra
hanya tersenyum walaupun Shilla masih terus menjutekkinnya. “Maaf. Tadi
gue sempat keruang cheers. Disitu ada struktur organisasinya. Dan gue
baca ketua cheers’nya Ashilla Zahrantiara dan kebetulan ada foto loe
juga kok.”
“ohhh ..”
“Gue ke kelas dulu yah .. Tapi lo beneran gak apa-apakan ?”
“Gak usah sok care deh .. Sono pergi, gak usah sok baik sama gue ..” ujar Shilla jutek dan pergi meninggalkan Zahra.
**
“Ndaaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………!!” teriak Angel tiba-tiba.
Cindai menutup kupingnya. “Auw, Ngel. Sakit kuping gue. Gak usah teriak-teriak,”
“Iya nih, Angel lebay deh teriak-teriak kayak orang kesurupan,” sambung Difa
“Huh, apaan lo ?”
“Ndai, bawa kamera gak ?”
“Noh, ada sama Marsha tuh ..” ujar Cindai menunjuk ke arah Marsha yang sedang asyik melihat-lihat foto mereka.
Belum Angel mengeluarkan satu katapun, Marsha sudah terlihat kayak orang ketakutan.
“Sha,
lo kenapa sih ? Ngeliat foto sampe kayak gugup gitu .. Pasti lo lagi
terkagum-kagum sama tampang cantik gue kan ?” cerocos Angel percaya
diri.
“Guys, lihat deh .. Ini siapa ?” ujar Marsha ketakutan, sambil menunjukkan kamera Cindai.
“Mana .. Mana.. Gue liat dong ?” ujar Difa tiba-tiba nimbrung diantara Marsha dan Rafli.
“auww,pelan-pelan donk loe .. Sakit nih kaki gue lo injak,” keluh Angel sambil memegang lututnya.
“Duhh, maaf, aku gak sengaja,” ujarnya memegang kaki Angel. “Disin iyah yang sakit ? Gue pijitin yah ?”
“Duhh, Dif, alesan lo, Bilang aja kesempatan lo megang kaki Angel,” ledek Rafli
Angel pun menepis tangan Difa dikakinya. “Gak usah, gak butuh bantuan dari lo..”
“Ini
kan perempuan yang waktu itu aku lihat dikebun pas kita masih di villa
..” ujar Bagas yang melihat sosok wanita yang di maksud Marsha di kamera
tersebut.
“Maksud lo ?” seru mereka kompak.
“Kalo gak salah dia anak tukang kebun villa tersebut. Aku waktu itu ngeliat dia sedang memetik bunga-bunga di taman villa,”
“Trus lo kenalan gak ? Namanya siapa, cantik gak ?” ujar Difa dengan tampang kepo.
“Kenapa sayang ?” ujar Bagas yang melihat ekspresi Cindai yang mulai memasang tampang kusut.
“Jangan cemburu yah ? Aku gak kenalan kok sama dia. Aku waktu itu cuma ngeliat aja dari jauh,”
“Lahh,
yang cemburu siapa ? Emang gue cemburu yah ? Lo kenalan sama dia juga
gak apa-apa kok, pacaran juga gak apa-apa,” ujar Cindai mulai badmood.
“Huh, Cindai. Bilang aja lo cemburu. Gak usah sok gengsi deh ..” ujar Difa ceplas-ceplos.
“Lo pernah rasain sepatu masuk mulut gak,?
“Galak amat sih pacar lo, Gas ! Ia deh gue minta maaf kalo gue salah ngomong ..”
“Kasihan banget sih lo, makanya kalo ngomong dipikir dulu.” Ujar Angel tertawa.
Cindai yang masih badmood tiba-tiba kaget dengan bunyi handphone-nya. Ada sms dari kak Rio.
1 New Message
Dek,
kamera ada sama lo kan? Entar lo titipin sama Bagas yah, Cakka mau
transfer foto-fotonya kita yang di villa kemaren itu. Thanks.
Sender : Kak Rio 09:45
Setelah
membaca Cindai langsung menyimpan kembali handphone-nya itu ke kantong
seragamnya. Dia enggan membalas smsnya itu. Karena dia tau gak bakalan
ada gunanya balas sms gak penting itu.
“Kok gak dibales ? Sms dari siapa sih ?” tanya Angel kepo.
Cindai tertawa kecil. “Mau tau ato mau tau banget ?”
Yang
lain hanya memasang wajah curiga. “Aduh, gak usah curiga gitulah. Sms
dari kak Rio.Dia minta gue nitipin kamera ke Bagas. Katanya sih kak
Cakka mau ngambil foto-fotonya.
“Lo pikir sms dari siapa sih ? Kepo banget ..” ujar Cindai jengkel, merasa dicurigai.
Tet … Tet …Tet …
Bel tanda istirahat pun selesai. Mereka segera bergegas kembali ke kelasnya masing-masing.
“Makanan belom dibayar nih, tanggung jawab lo semua,” seru Difa
“Yah ampun, Difa. Gue kira tadi lo pesenin sekalian lo bayar. Huh, malu-maluin lo,” celutuk Rafli.
“Sejak
kapansih Difa mau traktirin kita makan, hah ? Pake ini aja deh ..” ujar
Angel menyodorkan uang seratus ribuan. “Bu, semuanya berapa yah ?”
ujarnya.
“Semuanya
sudah dibayar non, sama perempuan yang duduk disana,” ujar ibu penjaga
kantin menunjuk kearah wanita yang duduk sendirian di pojok kantin.
Mereka
pun heran dan langsung melihat kearah pojok kantin yang dimaksud. “Gak
ada orangkok, ibu ngaco deh ?” ujar Angel tiba-tiba.
“Jangan-jangan hantu lagi yang bayarin makanan kita,” ujar Difa sumringah.
“Siang-siang mana ada hantu sih ? Kebanyakan nonton horror sih,” sahut Rafli.
"Gak juga dek, hantu itu gak liat waktu loh. Dia bisa ada kapan aja, hihihi." Bu kantin menakuti mereka
Seketika
muka Marsha terlihat pucat. Dia melihat ada sosok wanita cantik mirip
wanita yang ada dalam kamera Cindai, yang melambaikan tangan dan
tersenyum manis kearah mereka.
“Sha, lo gak apa-apa?” tanya Cindai khawatir melihat muka Marsha yang pucat.
Marsha hanya memandang Cindai dengan wajah yang tegang. “Gue gak apa-apa, Ndai. Balik yuk, dikit lagi pak Mike masuk,”
“Gue
sama Marsha duluan yah ?” ujar Cindai sambil membopong Marsha yang
masih sedikit ketakutan. “Oya, Gas, nih kamera jangan lupa lo kasih sama
kak Rio yah ?”ujarnya sambil menyerahkan kamera ke Bagas.
**
“Cakka ..” teriak Oik.
Cakka menoleh “ada apa ?”
“Nih ada titipan dari bokap buat lo,” ujar Oik menyerahkan sebuah bungkusan ditangannya.
“Buat gue ?” ujar Cakka heran.
“Gak
usah bengong gitu. Lo lupa yah, dulu waktu kita masih SD tiap bokap
dinas luar pasti dia gak pernah lupa buat beliin lo sesuatu,” ujar Oik.
Cakka
& Oik memang bersahabat dari kecil. Namun, sifat Oik yang makin
centil membuat Cakka sedikit ilfeel buat berteman sama Oik.
“Tapi, gue gak bisa ..” ujar Cakka
Oik memotong pembicaraannya. “Gue harap lo mau terima yah ? Kalo lo tolak bokap pasti sedih,”
“Iya, deh.Makasih yah,” ucap Cakka pasrah.
“Gue senang lo mau terima. Btw, gue duluan yah !” ujar Oik kemudian pergi.
“Eheeemmmmm,,”
“Shilla ? Sejak kapan disini ?” ujar Cakka kaget melihat Shilla tengah berdiri disampingnya dengan wajah kusut.
“Gak
usah basa-basi deh. Ngapain lo berdua barusan ?” ujar Shilla sinis.
“Apa tuh ?”seketika melihat bungkusan ditangan kekasihnya itu.
“Ini ada oleh-oleh dari bokapnya Oik.” Cakka mencoba menjelaskan. Shilla tak menjawab dan masih memasang tampang serius.
“Kamu gak usah cemburuan gitu. Lagian Kamu juga taukan Aku sama Oik itu berteman dari kecil,”
“Terserah lo deh. Capek !” ujar Shilla jutek kemudian pergi.
“Eh, mau kemana sih ? Tungguin ..” teriak Cakka.
“Toilet. Mau ikut lo ?”
Cakka hanya bisa mengelus dadanya. “Sabar Cak ! Punya pacar kayak Shilla tuh lo harus extra sabar.”
**
LapanganBasket.
“Shil, lo masih marah sama gue ?” ujar Cakka mendekati Shilla yang tengah sibuk melatih tim cheers-nya.
“Halo Cakka, kok lo tambah ganteng aja sih ?” celetuk Oik tiba-tiba.
“Halo juga, Oik. Hehe. Thanks yah :)” balas Cakka.
Melihat
adegan barusan kemarahan Shilla semakin memuncak. “Kalo mau ngobrol
bukan disini tempatnya, sana diluar !” bentak Shilla.
“Dan
lo juga,disini tempat latihan cheers, bukan latihan basket. Ato lo mau
ikut latihan cheers yah ? Tuh masih ada satu kostum dilemari. Lo biasa
ganti sekarang,” ujar Shilla terhadap Cakka.
"sabar kak, sabar." tiba2 Chelsea jbjb percakapan mereka.
"apalagi
lo ikut campur ?! gak usah sok kenal deh !" balas Shilla kesal. Chelsea
hanya diam dan menunduk karena di bentak Shilla di depan anak anak cheers.
Seketika
ruang cheers menjadi seperti pasar. Cakka yang merasa sangat malu
diledekin anak-anak cheers hanya bisa pasrah dengan sikap Shilla
barusan. “Sialan !" kesal Cakka dalam hati. Lalu pergi meninggalkan ruang
cheers.
“Kusut banget muka lo, kenapa ? Masalah Shilla lagi yah ?” celutuk Sivia.
“Temen lo kenapa sih ? Ngambekan melulu kerjaannya. Dasar cewek tukang cemburuan.”
Sivia menjitak kepala Cakka. “Lo ngomong hati-hati yah ? Gak semua cewek kayak gitu!”
“Tapi lo gak usah, jitak kepala gue juga dong, Vi. Sakit tau !” ujar Cakka sambil mengelus-elus kepalanya yang kesakitan itu.
“Kak, ini kamera nya ..” ujar Bagas tiba-tiba.
“Foto-foto yang di villa kemarin yah ? Gue liat dong ..” ujar Sivia
“Sory bro’, gue telat.” Ujar Gabriel ngos-ngosan.
“Kemana lo, lama banget ! Setengah jam kita nungguin lo,” ujar Rio kesal.
“Tadi gue disuruh bu Ira, temenin anak baru itu keliling sekolah,”
“Anak baru ?Sejak kapan ada anak baru disekolah kita ?” ucap Ify tiba-tiba.
“Sejak tadi pagi. Dia kelas X-3. Tapi heran kok bu Ira nyuruh gue yang temenin yah ?” ujar Gabriel mengaru-garuk kepalanya.
“Yaelah lo,disuruh temenin anak baru kayak disuruh angkat karung beras 50kg aja deh, sampe ngos-ngosan gitu ..” seru Cakka.
“Eh, Cak.! Lo inget gak sama cewek yang bernama Zahra di villa itu ..?
“Inget ! Kenapa dia ? Lo masih berhubungan sama dia yah ?”
“Zahra siapasih ? Kok kita gak tau ? Lo selingkuh baru lo yah ?” ujar Sivia tiba-tiba.
“Honey, sejak kapan disini ? Bukannya kemaren lo bilang kita pu ..” ujar Gabriel kaget.
Sivia memotong pembicaraan. “Sejak lo, belum ada disini ! Nyebelin banget sih lo ..”
“Via,dengerin
gue dulu donk. Gue bisa jelasin kok. Zahra itu cuma orang yang tabrakan
sama gue pas di villa. Dia bukan siapa-siapa gue kok ..”
“Tapi kenapa lo gak pernah cerita sama gue. Hah ? Oh, jangan-jangan dia yah yang ngirim surat ke lo ?”
“Karena gue belum sempat ..” ujar Gabriel mengaruk-garuk kepalanya.
“Udah
akh capek. Mau pulang nyesel gue nungguin lo disini tapi kelakukan lo
kayak gini. Lo emang gak pernah berubah. Mulai sekarang kita putus.
P-U-T-U-S !!!” tegas Sivia dan kemudian berlalu.
“Oke kalo itu mau lo ! Kita PUTUS !” teriak Gabriel.
“Rio,
gue pulang bareng Via yah ?” pamit Ify. Dia merasa tak tega langsung
mengerjar Sivia. “Siviaaaaa, tungguin gue ..” teriaknya.
**
Suasana
rumah Cindai tampak seperti biasa, tidak banyak hiruk-pikuk. Maklum,
penghuni rumah kami hanya beberapa orang. Papa hampir tidak pernah
pulang dari rumah sakit dibawah jam tujuh malam. Mungkin karena Papa
sepulang langsung lanjut ke tempa tprakteknya. Walau tidak sesibuk Papa,
Mama juga bekerja. Hanya saja jam kerjanya lebih fleksibel. Selain
menjadi seorang arsitek ternama yang siap menerima job mendesain
bangunan dimana-mana, mungkin karena Mama mendirikan usaha sendiri
bersama teman-temannya. Bisnis tas, bahkan ada took onlineshop-nya juga
yang dikelola secara professional.
Kamar
orangtua Cindai letaknya paling depan. Jadi, bisa mendengar kalau ada
yang membuka pintu pagar. Seperti saat itu. Setelah suara dibuka, ada
suara langkah kakiyang sudah sangat dikenalnya. Langkah kaki Rio.
Cindai
melihat kearah jam dan mengernyit melihat angka yang tertera di sana.
Jam sebelas kurang lima menit. Dia menyibak gorden sedikit, mengintip
keluar.Benar, memang kakaknya.
Cindai segera keluar dari kamarnya dan mendapati wajah lelah Rio.
“Kak, kok malam begini pulangnya ?” selidiknya.
“Naila malah melemparkan tubuhnya ke atas sofa empuk di ruang depan. Kakinya diselonjorkan,matanya terpejam.
“Gara-gara pak Dave nih, makanya kita pulang sampe selarut ini. Belum lagi lanjut kerja tugas di rumah Cakka”
“Bagas berarti pulang jam segini juga dong, kak ?” tanya Cindai mulai khawatir.
“Nggak usah khawatir gitu adikku sayang. Tadi kita pulangnya jam tujuh kok. Cuma gue lanjut kerja tugas dirumah Cakka.”
Cindai menarik nafas lega. Setidaknya, dia cukup tau kalo kekasihnya itu tak pulang selarut ini.
“Lo kok belum tidur ? Nggak mungkin lagi nungguin gue kan ?” ujar Rio mengagetkan.
Cindai terbahak. “Ngapain juga nungguin kakak. Udah tua ini. Nggak perlu kuatir bakalan kesasar.”
“Lo tidur dikamar mama yah ?”
“Gue takut sendirian di atas, makanya gue pindah dikamar mama,“
“Mama sama Papa masih belum pulang juga ?”
Cindai hanya mengangguk. “Gue tidur dulu ya ? pamit Cindai sambil bangkit dari tempat duduknya.
**
Cindai
mengigau terus sepanjang malam. Panasnya tinggi sekali, namun dia
menggigil. Dia menceracau tak jelas. Yang aneh, dia selalu spontan
menutupi wajahnya dengan bantal seperti orang ketakutan. Mama dan Papa
serta Rio hanya kebingunggan melihat tingkahnya yang belakangan ini
kayak orang kesurupan.
“Ndai, bangun nak ! Kamu kenapa lagi sih ? Siapa wanita bergaun putih itu ?”
Cindai membuka pelan matanya. Dia langsung memeluk Mamanya. “Cindai takut, Ma. Wanita itu mengikuti aku terus sampai kerumah,”
“Yah
ampun,nak. Suhu badanmu tinggi sekali. Hari ini kamu gak usah sekolah
dulu yah. Mama takut kamu tiba-tiba pingsan di sekolah” ujar Mama
khawatir ketika mengetahui suhu tubuh anaknya panas sekali.
Cindai hanya mengangguk pelan
“Sekarang kamu istirahat dulu, Mama akan menelpon ke sekolah kamu.”
**
“Cindai mana ?” ujar Bagas yang tiba-tiba tengah berada dikelas X1.
“Ya Tuhan, lo pacarnya Cindai apa bukan sih ? Masa Cindai sakit lo gak tau ?” celutuk Marsha geleng-geleng kepala.
“Hah ? Sakit apa dia ? Semalam gue bbm’an sama dia, baik-baik aja kok,”
“Gak ngerti deh gue, yang jelas tadi kata bu Ira, Mamanya telpon ke sekolah katanya dia hari ini gak bisa sekolah ..”
“Oh, thank’s yah infonya ..” ujar Bagas lalu pergi.
“Eh, lo mau kemana ? Ntar pulang sekolah gue sama Angel mau jenguk dia. Mau ikutan gak,?”
“Hmmmm,
liat nanti deh .. Gue ada latihan basket persiapan untuk turnamen
sekolah, kalo gue gak sempat jenguk, salamin aja .. Ntar gue telpon
dia,”
“Bagas aneh yah .. masa pacarnya sakit gak ada niat untuk jenguk sih ?” timbal Angel.
“Tau tuh ..”
“Hai, gue boleh gabung sini gak ?” ucap seseorang tiba-tiba duduk tepat di samping Angel.
“Boleh kok, silahkan ..”
“Makasih yah. Oya, gue Zahra anak XI-3. Kalian siapa ?” ucap wanita yang ternyata benama Zahra itu sambil mengulurkan tangannya.
Angel
pun membalas uluran tangannya. “Halo kak. Gue Angel. Gue kelas X3, dan
ini temen gue Marsha dia kelas X1. Sekaligus ketua mading di SMA ICIL
ini,”
“Oh, senang berkenalan dengan kalian,”
“Sha, kenalin nih kak Zahra,” ujar Angel mencolek Marsha yang tengah sibuk sama Ipad-nya.
“Gue
Marsha..” Clek. Marsha kaget melihat orang yang tepat berada didepannya
itu. Mukanya yang pucat dan keringat dingin masih tak percaya dengan
apa yang dilihatnya.
“Halo, Marsha..”
“Hh .. aaa .. looo .. jugaa ..” ucap Marsha terbata-bata langsung menunduk pura-pura memainkan Ipad-nya.
“Temen lo yang satu mana ?” sambung Zahra.
“Oh, Cindai kak. Dia hari ini gak masuk. Dia lagi sakit.”
“Ngel.
Gue keruang mading dulu yah, ada hal yang harus gue kerjakan. Pulang
sekolah kita ketemu di tempat biasa.” Ujar Marsha panik. Berusaha
menghindari mereka.
**
Di
kelas.Marsha masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Yup.
Kak Zahra. “Ah.. Wajahnya persis banget sama wajah yang ada di dalam
kamera Cindai. Dan dia orang yang gue liat di kantin yang membayar semua
makanan kita. Kak Zahra itu sebenarnya siapa sih ?” gerutunya dalam
hati. “Plis, Marsha. Gak usah mikirin hal yang aneh-aneh deh !”.
Tiba-tiba otaknya berhenti mikir karena ada new bbm.Dari Angel.
Angel : R maaf yaa,hari ini gue gak bisa ikut lo jengukin Cindai : (
Marsha : R gaksetia kawan banget sih lo ? Huh.
Angel : R gue pengen banget tau ga ? tapi nyokap gue keburu jemput gue, gimana donk ?
Marsha : R yaudahdeh terserah lo !
Angel : R janganmarah yah ? gue bener-bener minta maaf : (
Marsha : R iya : )
Angel : R thankyou, sayang :*
Marsha : R apaansih lo -__-
“Angel
nyebelin banget sih ! Jadinya gue panas-panas nungguin angkot kayak
gini. Demi lo, Ndai. Gue rela panas-panasan gini ..” gerutu Marsha dalam
hari berharap ada malaikat penolong yang siap mengantarkannya ke rumah
Cindai.
Tiiiiinn .. tiiin..
Bunyi suara klakson mobil. Honda jazz biru yang tiba-tiba berhenti di depan Marsha.
“Haii
cupu,panas yah ? Duh, kasian banget sih lo. Makanya donk beli mobil
biar gak kepanasan. Oya, gue lupa. Lo kan anak orang miskin yang gak
mampu beli barang-barang mewah. Jangankan untuk membeli mobil. Beli
sepeda aja gak mampu,” ucap Chelsea
“Siaaaaalll !Kenapa disaat yang seperti ini gue harus ketemu trio ganjen ini sih ? Huh. ”ujarnya dalam hati.
“Pergi lo semua. !” ujar Rio tiba-tiba.
Lalu Chelsea Cs berlalu meninggalkan mereka.
“Marsha, lo ngapain disini ?” tanya Ify ramah.
“Gue
lagi nungguin angkot, kak. Aku mau kerumah Cindai jengukin dia. Angel
ada pemotretan mendadak. Jadi terpaksa aku jenguknya sendiri,”
“Oh, Cindai emang sakit apa, Rio ?”
“Tuh
anak emang suka ngiggo aneh-aneh tiap hari. Cuma tadi pagi suhu
badannya tiba-tiba tinggi makanya Mama gak izinin dia sekolah” ujar Rio
menjelaskan.
“Yaudah, lo ikut kita aja, Sha sekalian. Nanti kita singgah di supermarket sebentar beliin Cindai sesuatu. Yuk !” ajak Ify
“Makasih kak,”
**
“Siang, Ma..” ujar Rio mencium tangan Mamanya.
“Siang tante,aku Marsha temannya Cindai” ujar Masha mengulurkan tangannya.
“Oh, nak Marsha. Silahkan masuk. Kamar Cindai ada di atas. Kamu boleh langsung naik kok. Dia pasti seneng banget kamu datang,”
“makasih tante. Marsha permisi naik ke atas yah,” pamit Marsha sopan.
“silahkan nak. Anggap aja rumah sendiri.”
**
Marsha
mulai memasuki kamar Cindai dengan mengendap-endap. Seakan tak ingin
membangunkan seseorang yang sedang tidur. Tanpa lama2 ia langsung
meletakan tasnya kesebuah kursi yang terletak di meja belajar dan
membaringkan tubuhnya tepat disebelah sang pemilik kamar.
“Kasihan
banget sih lo, Ndai” ujarnya tersenyum melihat sahabatnya itu yang
masih pucat sedang tertidur pulas. Ia pun tak tega membangunkannya.
Membaca novel adalah jalan satu-satunya sambil menunggu Cindai bangun.
Drrrtt
..Drttt .. Sebuah getaran tepat disamping kepalanya. Dengan sigap ia
mengambil handphone Cindai yang telah berdering dari tadi. Tertera
sebuah nama.
“BagasRDS Incomming Call ..”
“Telpon
dari Bagas ? Angkat gak yah ? Tapi ntar Cindai-nya marah lagi sama
gue,” ujarnya sedikit ragu. “Duh, tapi kasihan juga sih .. Yaudah gue
angkat aja telponnya”
Marsha: Halo
Bagas : Marsha ? Ngapain lo angkat handpone-nya Cindai ? Buruan kasih handphone-nya ..
Marsha : Duh,gak usah ceramah gitu deh lo-nya. Cindai-nya lagi tidur. Gue gak tega bangunin dia ..
Bagas : Hah,lagi tidur ? Pantesan bbm, sms, telpon gue gak di respon dari tadi.
Marsha : Mau gue bangunin gak ?
Bagas : Iya,eh .. gak usah deh .. gak tega gue .. kalo dia udah bangun, bilang aja tadi gue telpon
Marsha : Okedeh.
Bagas : Udah dulu yah, Sha. Jagain pacar gue baik-baik. Awas lo !
Marsha : Rese lu .. *langsung mematikan handphonenya*
“Telpon dari siapa, Sha ?” ujar Cindai dengan suara sedikit parau.
“Eh, Ndai lo uda bangun ? Nih pacar lo barusan telpon,”ujar Marsha menyodorkan handphone kearah Cindai.
“Oh. Lo dari tadi, Sha ? Kenapa gak bangunin gue aja ?”
“Lumayan. Baru sekitaran 30 menit yang lalu. Gue gak tega bangunin lo.”
“Terserah. Gimana tadi disekolah ? Lo pasti kesepian gak ada gue, kan ?
“Dihh, lagi sakit masih aja pe-de lo. Cuma tadi ada hal buruk aja, Ndai. Gue masih shock sama kejadian tadi”
“kejadian apa sih ? Cerita ke gue !” mata Cindai melotot memandang Marsha.
“Gak usah melotot juga sih lo-nya ..” ucap marsha terkejut
**
“Eh, bro’ liat deh .. Inikan Zahra.” ujar Cakka sembari menunjukkan gambar seorang wanita dalam kamera kepada Gabriel.
“Eh iya bener. Ini Zahra anak baru itu,” tambah Gabriel.
“Yang mana sih kak ? Penasaran deh ..” tambah Rafli,kemudian mendekat kearah Gabriel dan Cakka.
“Hah ?” mata terbelakak.
“Kenapa lo ? Kayak kesambet aja,” ledek Bagas kebingungan dengan ekspresi Rafli.
“Inikan cewek yang dimaksud Marsha. Itu loh yang waktu itu kita bahas dikantin,”
“Mana,
coba gue liat mukanya ..” sambung Difa langsung mengambil kamera di
tangan Rafli. “Astaga ! Bener gak salah lagi. Tapi dia siapa yah
?Emangnya waktu kita foto-foto dia ada yah ?” ujarnya panjang lebar.
“Kakak kenal sama cewek yang namanya Zahra ?” ujar Bagas kepada Gabriel.
“Gue
sebenarnya gak tau siapa dia. Waktu di villa pas gue sama Cakka lagi di
taman gak sengaja gue nabrak dia. Yah, kita cuma kenalan biasa, tukaran
nomor hp juga enggak. Cuma yang gue ingat dia anak tukang kebun di
villa tempat kita menginap,” ujar Gabriel panjang lebar.
“Anak tukang kebun ?” tanya Rio. Gabriel hanya mengangguk.
“Tadi lo bilang dia sekolah disini kan, kelas berapa ?”ujar Rio.
“Katanya sih kelas XI-3” ujar Gabriel.
“Penasaran gue yang mana sih mukanya,” ujar Cakka.
“By the way, soal surat itu gimana ? Lo udah tau siapa pengirimnya ?” seru Cakka.
“Surat ? Lo berdua sejak kapan punya rahasia yang gue gaktau ?” tambah Rio sinis.
Cakka menepuk pundak Rio. “Tenang bro, tadi pagi lo belum datang makanya kita belum sempat cerita sama lo,”
“Iya, dan gara-gara surat gak jelas itu, Sivia ngamuk sama gue. Pake acara minta putus segala. Huh !” ujar Gabriel lesu.
“Sivia marah sama lo cuma gara-gara surat doank ?” ujarRio tertawa.
“Sialan
lo. Emang kalo lo dapat surat dari orang trus isinya kata-kata
romantic gitu, si Ify gak cemburuan apa ?” ujar Gabriel sewot.
“Ify
sih sepenuhnya percaya sama gue. Buktinya hubungan kita sampai sekarang
baik-baik aja, kan? Gak kayak lo berdua tuh dikit-dikit berantem, trus
baikan, Huh ..” ledek Rio. “Emang siapa sih yang kirim lo surat ?”
“Gue
juga gak tau siapa.” ujar Gabriel sambil mengambil surat tersebut di
dalam tasnya. Dan memberikannya kepada Rio. “Nih suratnya,baca aja
sendiri.”
Rio mengambil surat itu dan membacanya. “Duh, romatis bener kata-katanya. Ify aja gak penah ngasih gue kata-kata romantis gini.”
“Lo kayak gak tau Gabriel aja. Dia kan playboy. Fansnya dimana-mana” ledek Cakka
“Sialan lo,” ujar Gabriel menjitak kepala Cakka.
“Eh,
lihat deh .. Di surat ini dia gak mencantumkan nama pengirimnya. Tapi
dia hanya memberikan inisialnya aja. Z ? Z siapa ?” ujar Rio bingung.
“Inisialnya Z ? Z itu bukan Zahra, kan ?” seru Bagas.
“Iya bener. Zahra !” tambah Rio
Gabriel menatap Rio heran. “Zahra ???”
"Kebetulan aja kali, emang nama yg inisialnya Z cuma Zahra?" timpa Cakka.
"Tapi kenapa semuanya mengarah pada Zahra." balas Gabriel.
Seketika semua yang ada disitu diam seribu bahasa.
Next Part >>